Sidak Stunting Ingin Jawab Masalah yang Dihadapi
HALMAHERAPEDIA — Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menyampaikan bahwa penurunan prevalensi stunting belum sesuai target yang diharapkan. Memang katanya, jumlah keluarga Risiko Stunting (KRS) mengalami penurunan signifikan. Namun perlu memastikan komitmen bersama untuk percepatan penurunan angka stunting tersebut.
Saat peluncuran program “Sidak Stunting” di sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting, di Auditorium BKKBN, dia menyampaikan bahwa, program Sidak Stunting ini perlu ada akselerasi untuk percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Rilis resmi BKKBN Kamis (25/4/2024) yang diterima Halmaherapedia.com menyebutkan, terkait stunting, dari tahun ke tahun mengalami penurunan namun belum memenuhi harapan sesuai yang diinginkan. Dari 2021-2022 mengalami penurunan sebesar 2,8%. Penurunan tersebut menjadi kebanggaan para kepala daerah,”katanya.
Dia bilang hasil capaian percepatan penurunan stunting di 2023 hingga saat ini belum dirilis secara resmi sesuai arahan Wakil Presiden dan Kementerian Kesehatan. BKKBN sendiri masih menunggu data ePPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dari daerah. Apabila ePPGBM penimbangan mendekati 100%, data dari hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan ePPGBM akan dipadupadankan.
Menurut Hasto, meskipun penurunan prevalensi stunting belum sesuai target yang diharapkan, tetapi jumlah Keluarga Risiko Stunting (KRS) mengalami penurunan signifikan.
Mengutip data pernikahan dari Sisitim Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) Kementerian Agama dari 1.544.373 calon pengantin, hanya 613.113 atau 39,7 persen calon pengantin yang bersedia melakukan pengukuran lengan, berat badan dan mengisi aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah, Siap Hamil).
“Calon pengantin harus melakukan skrining dan persiapan kesehatan sebelum hamil untuk mempercepat penurunan stunting,” ujar dokter Hasto.
Dokter Hasto menegaskan, di 2024 BKKBN dan mitra kerja akan bergerak lebih cepat agar terjadi akselerasi dalam percepatan penurunan stunting. “Oleh karena itu program Sidak Stunting ini diluncurkan. Kita akan melalukan Seleksi, Dampingi dan memberikan Aksi nyata”, katanya.
Tim Pendamping Keluarga (TPK), menurut dokter Hasto, telah siap mendampingi Keluarga Risiko Stunting, dan memastikan data KRS dapat digunakan dengan baik u ntuk penanganan kasus stunting di daerah demi menciptakan SDM berkualitas sejak dini.(aji/red)