Harga kakao berjangka masih terus naik. Hingga perdagangan Rabu (24/4/2024) harga kakao berjangka kontrak Mei ditutup di level US$11.043 per ton atau setara Rp178,95 juta (Rp16.205/US$1). Sepanjang tahun 2024 harga kakao berjangka tercatat telah melesat 163%.
Dikutip dari https://www.cnbcindonesia.com/research/20240425122924-128-533355/, harga kakao sempat ditutup di level tertinggi pada perdagangan Jumat (19/4/2024) di level US$11.878 per ton atau sekira Rp192.914.000 (untuk kurs .
Soal harga saat ini cukup fantastis. Per ton bisa mendapatkan barang-barang lain yang cukup berharga. Jika diubah ke barang lain, harga 1 ton kakao bisa mendapatkan barang-barang cukup bernilai bahkan bisa lebih menguntungkan jika diubah ke instrumen investasi yang konservatif.
Sebagai informasi, kenaikan harga kakao didukung dari sisi pasokan yang mulai terganggu. Kondisi cuaca yang tidak mendukung, penyelundupan,dan penyakit pucuk bengkak berkontribusi terhadap kenaikan harga kakao atau cokelat, yang mengakibatkan rendahnya hasil panen di berbagai Negara di dunia. Di Pantai Gading yang memproduksi hampir 40% biji kakao dunia, dan Ghana, yang memproduksi 20% juga alami gangguan produksi.
El Nino, pola cuaca yang menyebabkan kekeringan di Afrika Barat, berdampak signifikan terhadap produksi kakao di negara-negara tersebut.
Angin musiman yang kencang dan kurangnya curah hujan juga berkontribusi terhadap kelangkaan ini, sehingga memaksa pedagang berebut pasokan dan menaikkan harga kakao.
Di Indonesia terutama di Maluku Utara, akhir tahun 80-an hingga awal 2000 kakao menjadi salah satu primadona komoditi petani. Sayangnya, di atas tahun itu hingga kini, banyak tanaman mati terserang penyakit. Begitu juga buahnya alami penyakit busuk buah. Akhirnya produksinya menurun jauh.
Petani kakao Bacan Halmahera Selatan misalnya, mengakui panen kakao menurun karena terserang busuk buah.
Saif Bakar (49) petani Kakao asal Panamboang Bacan mengakui banyak buah kakao miliknya alami busuk dan tidak bisa diambil. Sekira 40 persen alami busuk buah. Meski tekstur kulit buah terlihat mulus tapi saat dibelah biji kakao mengeras.
“Yang keras sudah pasti dibuang. Panen coklat di kebun saya ini jika tidak alami busuk buah, bisa 70 sampai 100 kilogram. Namun ada busuk buah hasilnya hanya sekira 50 kilogram,” katanya belum lama ini.
Penyakit busuk buah atau Phytophthora palmivora diketahui tandanya diawali muncul bercak kecil di buah sekitar dua hari setelah infeksi. Bercak berwarna cokelat, kemudian berubah menjadi kehitaman dan meluas dengan cepat sampai seluruh buah tertutupi. Kasus busuk buah ini sendiri berlangsung 25 tahun ini. (aji/red)
Harga Kakao Terus Meningkat, 1 Ton Bisa Beli 1 Honda Brio
