Halmaherapedia—Hujan turun pelan dari langit Ternate Senin (25/8/2025) sore itu. Rintik hujan jatuh di atas atap seng mengalir dan jatuh di jatuh di ruang tamu sebuah rumah di Jalan Rambutan, Kelurahan Kampung Makassar Barat. Di kawasan ini ada sebuah rumah tua terlihat masih berdiri meski sebagian atapnya compang-camping dan berlobang besar hingga langit terlihat dari dalam rumah. Beberapa bagian sudah tak beratap dan tersisa hanya rangka kayu tempat atap seng diletakan. Dari luar, cat dinding berwarna hijau muda terlihat pudar, seperti menyerah dimakan waktu.
Sementara jika masuk ke dalam tepat di ruang makan rumah itu, dua baskom plastik hitam dan putih berada di lantai menampung air hujan menembus atap yang bocor. Rumah yag terbilang reyot itu ditnggali dua kakak beradik yang sudah sepuh, yakni Fatma Hamid (75 tahun) dan Ahmad Hamid (67 tahun). Rumah itu adalah peninggalan orang tua mereka Hamid Yusuf. Di rumah itu selain dua kakak beradik ada juga anak perempuan Fatma bersama suami dan cucu-cucunya.

Saat kami kunjungi rumah ini, seorang lelaki berjalan gontai membukakan pintu. Rambutnya tipis yang sudah memutih, sambil tersenyum dia membukakan pintu. Dialah Ahmad Hamid salah satu pewaris rumah ini mempersilakan kami masuk. Dengan suara agak serak dia mempersilakan kami duduk.
Di ruang tengah rumah itu terlihat pakaian berhamburan di kursi. Lembab bercampur bau apek memenuhi ruangan. Di dinding tergantung papan tulis ukuran 60×120 cm, abjad-abjadnya sudah pudar, dicoret spidol merah entah oleh siapa. Foto-foto keluarga tergantung di dinding, warnanya memudar dimakan usia.
Kami perkenalkan diri dari media, Ahmad sempat memohon maaf dengan kondisi rumahnya seperti itu. Dia lantas cerita tentang kondisi rumahnya. Meski suaranya pelan tertutup bunyi hujan jatuh di atap rumah, masih terdengar jelas suaranya. Saat ditanya sejak kapan rumah ini rusak, dia mengaku tak ingat persis kapan atap rumah mulai rusak parah. Tapi dia menyebut kondisi parah ini sudah berlangsung kurang lebih tiga tahun ini . “Atap rumah dan gedung yang hancur ini mungkin sudah tiga tahun ini, dan belum juga diperbaiki,” katanya.
Dia bilang karena hidup mereka juga pas pasan mereka kesulitan memperbaiki kondisi rumah yang sudah rusak tersebut. Soal bantuan dia juga mengaku belum pernah menerimanya, walaupun sebenarnya ada program renovasi rumah warga tak mampu dari negara. Dia lantas memanggil kakaknya yang sedang di dapur untuk memastikan masalah ini.
Wanita yang terbilang sepuh dengan kondisi tubuh yang semakin lemah itu mengakui, mereka belum dapat bantuan sama sekali terutama untuk rumah. “Belum ada perhatian dari pemerintah, baik kota maupun provinsi,” ucap Fatma.

Sesekali ia menghela napas panjang, mengenang rumah warisan orang tuanya. Dia bilang, pernah ada yang datang mengambil gambar rumah ini untuk laporan bantuan. Tapi sampai kini, tak ada kabar.
Dia cerita sekali waktu, saat Ramadan lalu, seseorang memberi bantuan uang Rp 1 juta. Fatma mengaku tak tahu siapa orang itu. “Saya kira mau ada bantuan lain.Karena sampai sekarang belum ada bantuan,” katanya.
Kata di dulu, ada seorang tetangga sering membantu memperbaiki atap rumah mereka. Tapi dia sudah meninggal. Karena itu sudah tidak diperbaiki. Namun kata Fatma jika ada rezeki lebih tetap diperbaiki. Yakni membeli beberapa lembar seng untuk minta bantu tetangga yang ganti atap yang bocor. Sekarang ini dia belum bisa menggantinya karena belum punya uang. “Semua tergantung rejeki torang (kita,red),” katanya lirih. Saat ini Fatma hanya bisa bertahan di rumah tua yang jauh dari layak tersebut.
Adam salah satu tetangga Fatma mengaku rumahnya ibu Fatma belum direnovasi karena terkait dengan sertifikat rumah yang bukan atas nama orang tua Fatma Hamid Yusuf. Sertifikat rumah itu atas nama saudara dari orang tua fatma. Itulah yang menjadi alasan bantuan pemerintah perbaikan rumah tidak bisa disalurkan kepada keluarga Fatma.

“Saya dengar-dengar kalau tidak salah rumah itu sertifikatnya diubah atas nama saudara orang tua Fatma, bukan atas nama orang tuanya. Anak dari sudara almarhum Hamid Yusuf yang ubah sertifikat itu,” ujarnya. Soal bantuan Lurah Makassar Barat Mardia Baud mengaku setiap ada bantuan sosial, nama Fatma selalu masuk daftar penerima. Termasuk bantuan 17 Agustus 2025. Tapi soal atap rumah yang bolong belum ada tanda-tanda bantuan.
Di tengah hujan yang terus berlangsung di Ternate saat ini, Ibu Fatma Hamid dan saudaranya Ahmad Hamid, harus terus menampung air hujan di baskom agar rumahnya tidak tergenang. (Aji/Lafir)















