Halmaherapedia- Sungai Sagea Kecamatan Weda Utara, tercemar sejak Agustus 2023. Air Sungai yang berada di di Desa Sagea dan Kiya Kecamatan Weda Utara Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara itu, berubah warna dan tercemar material tanah terlihat nyata. Air sungai nan jernih yang juga tempat wisata di Goa Bokimoruru itu sirna, berganti oranye kecoklatan dan berlumpur. Dugaan warga di daerah hulu kala itu, ada pembukaan lahan hingga menyebabkan air keruh saat banjir meski hujan dengan intensitas rendah.
“Sampai Sabtu (19 Agustus 2023) air masih keruh meski sudah ada sedikit perubahan tidak seperti awal kejadian,” kata Taher Muhdin, warga Sagea yang sehari hari membuka warung di kawasan wisata Bokimoruru kala itu. Bokimoruru yang dikenal sebagai destinasi karst di Sagea, Halmahera Tengah yang juga dilintasi Sungai Sagea kala itu tak pernah terlihat ada cemaran material tambang seperti itu. Walau hujan deras, air keruh tetapi tidak seperti sekarang, berlumpur.
Setelah hamper 2 tahun berlalu kondisi air yang keruh seperti masuknya material kerukan tambang ke badan air tak pernah berhenti.
“Dugaan kita karena ada bukaan lahan di hulu. Berdasarkan pengalaman dan membandingkan air yang keluar dari hulu saat banjir sangat berbeda,” katanya.
Puncak kejadiannya pada 2024 awal setidaknya sekitar empat kali sungai Sagea keruh. Pada tahun ini kembali keruh dengan kondisi yang parah.
Kejadian ini berulang seperti tak ada ujungnya. Setiap ada hujan air selalu keruh dengan warna air coklat pekat seperti material tambang. Sabtu (25/10) hingga Senin (27/102025) air sungai Sagea keruh. Diduga kuat akibat pembukaan jalan dan pembukaan kawasan hutan di hulu kawasan karst Goa Boki Maruru.
Rifya Rusdi warga Sagea mengaku, keruhnya sungai Sagea diduga adanya pembukaan akses jalan di anak sungai yang mengalir ke Sungai Sagea. Alhasil saat hujan sungai Sagea keruh.
“Sudah tiga hari Sungai Sagea keruh. Ini yang kesekian kalinya sungai Sagea keruh, setelah pembukaan lahan untuk kepentingan akses perusahaan tambang,” akunya kepada Halmaherapedia, Senin (27/10/2025).
Kata dia, sungai Sagea yang keruh sejak 2023 ini, akibat belum ada langkah tegas Pemerintah Pusat (Pempus) mengambil mencabut izin usaha pertambangan (IUP) di kawasan karst Sagea. Dampak besarnya sungai Sagea sering keruh dan sudah tidak layak dikonsumsi. “Kami melihat negara membiarkan tambang merusak sumber air dan ruang hidup. Jadi kembali keruhnya sungai Sagea ini harus segera direspon Pemda, Pemprov dan Pempus. Mereka harus bertanggung jawab,” katanya.
Ia mendesak Pemerintah mengambil langkah mencabut IUP tambang yang beroperasi tepat di hulu sungai. “Kami minta ada kebijakan serius soal Sungai Sagea yang keruh ini. Minimal ada langkah pencabutan izin perusahaan yang beroperasi tepat di DAS nya,” pungkasnya. Soal kondisi sungai Sagea, hingga kini belum ada solusi pemulihan. Pasalnya setiap hujan dengan intensitas tinggi warna air sungai selalu berubah warna coklat seperti material tambang nikel.(*)
















