Halmaherapedia– Dari Pulau Bacan kembali diungkap kekayaan keragaman hayati yang luar biasa. Ada 9 catatan sebaran baru untuk keong darat, termasuk penemuan 1 spesies baru. bernama Diancta batubacan sp. nov. Kekayaan sumberdaya hayati dari jenis moluska ini ditemukan melalui penelitian yang dimulai dengan ekspedisi tahun 2022 dan telaah serta penulisan hingga 2024 lalu. Dari riset itu mencatatkan 27 spesies dari 11 famili, dengan spesies Trochomorpha ternatana menjadi yang paling melimpah.
Temuan ini menambah jumlah spesies keong darat yang dikenal di pulau tersebut menjadi 56, memberikan gambaran lebih dalam mengenai pentingnya keberagaman biota di kawasan Wallacea ini. Rilis BRIN yang dipublikasikan pada 30 April 2025 lalu itu menjelaskan bahwa di Pulau Bacan terungkap temuan menarik penelitian keanekaragaman hayati. Pulau ini merupakan bagian dari kawasan Wallacea yang dikenal kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk keong darat.
Penelitian tentang biota di pulau ini dimulai sejak eksplorasi Alfred Russel Wallace pada tahun 1858–1859, yang mengumpulkan berbagai spesimen, termasuk keong darat. Koleksi Wallace kemudian dikaji oleh Pfeiffer (1861), yang mendeskripsikan beberapa spesies seperti Helix ignescens dan Helix batchianensis yang kemudian menjadi sinonim Trochomorpha ternatana. Sebanyak 15 kajian yang mencatat keberadaan keong darat di Pulau Bacan telah dilakukan dalam rentang waktu 1861 hingga 1963.
Pada tahun 2022, Ayu Savitri Nurinsiyah, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bersama tim dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN, dan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara melakukan ekspedisi di Pulau Bacan melalui Pendanaan Ekspedisi dan Eksplorasi BRIN.
Ekspedisi tersebut berhasil mengoleksi 555 spesimen yang terdiri dari 27 spesies keong darat. Seluruh spesimen keong darat yang ditemukan di Pulau Bacan disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah, BRIN, Cibinong. Berdasarkan hasil telaah dari koleksi spesimen dan literatur hingga tahun 2024, penelitian ini berhasil mencatat sebaran baru untuk sembilan spesies keong darat dan satu spesies baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, yaitu Diancta batubacan sp. nov.
Penemuan ini menjadikan jumlah total spesies keong darat di Pulau Bacan meningkat menjadi 56. Diantara 56 spesies, sebanyak 13 spesies keong darat tercatat hanya ditemukan di Pulau Bacan. Spesies Trochomporpha ternatana menjadi spesies yang paling melimpah ditemukan.
“Penemuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa Pulau Bacan menjadi rumah yang baik bagi keanekaragaman hayati Indonesia termasuk keong darat, dan masih banyak keragaman hayati disana yang belum sepenuhnya terungkap,” ujar Ayu Savitri Nurinsiyah.
Penelitian ini dilakukan di lima lokasi yang mewakili keragaman habitat di Pulau Bacan, mulai dari kebun dan semak-semak hingga hutan karst yang unik. Lokasi-lokasi ini dipilih untuk memahami keragaman habitat Pulau Bacan. Jumlah spesies keong darat paling banyak tercatat pada kawasan karst yang memiliki tutupan hutan, lebih tinggi dibandingkan lahan pertanian.
“Ini menegaskan bahwa hutan karst memiliki peran penting dalam mendukung populasi keong darat,” tambah Ayu.
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya survei sistematis dan identifikasi integratif untuk memahami keragaman dan pola biogeografi keong darat di Maluku Utara, khususnya Pulau Bacan. “Penelitian ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang keanekaragaman hayati, tetapi juga memberikan gambaran lebih lengkap mengenai distribusi spesies di kawasan Wallacea,” pungkas Ayu.
Sebelumnya, Ayu dan tim peneliti PRBE juga menemukan spesies baru keong darat di Pulau Moti, Maluku Utara yang diberi nama Palaina motiensis. “Masih banyak keanekaragaman hayati keong darat di Maluku Utara dan Wallacea yang menunggu untuk diungkap. Keanekaragaman hayati itu seperti potongan puzzle yang membentuk gambar indah. Kalau kepingan-kepingannya hilang, maka gambar indah itu tidak akan sempurna. Oleh karena itu, penting kita kenali dan jaga keanekaragaman hayati Indonesia beserta habitatnya agar gambar indah ciptaan Yang Kuasa dapat bermakna,” pungkas Ayu.(aji/editor)