Halmaherapedia— Sebagai bentuk tanggung jawab dalam penyelamatan lingkungan dan ruang hidup warga, terutama dampak investasi yang masuk ke pulau Obi, Majelis Pekerja Klasis (MPK) Gereja Protestan Maluku (GPM) Pulau-pulau Obi melaksanakan kegiatan Pelatihan Konsolidasi Rakyat untuk Penyelamatan Ruang Hidup. Kegiatan ini dikerjasamakan dengan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Maluku Utara.
Kegiatan yang dipusatkan di Kantor Klasis MPK Pulau Obi, Desa Wayaloar Obi itu, dilaksanakan selama 3 hari sejak 1 Mei hingga 3 Mei 2025 lalu. Kegiatan ini diikuiti 29 peserta terdiri dari pendeta, pelayan dan tim advokasi Majelis Pekerja Klasis (MPK) GPM Pulau Obi serta tokoh masyarakat.
Mewakili MPK Pulau-Pulau Obi Pendeta M.N Pattipeiluhu saat membuka pelatihan itu, menyampaikan beberapa hal penting. Diantaranya bahwa kegiatan kerjasama WALHI dengan MPK Klasis ini adalah bagian dari implementasi hasil persidangan klasis. Hasil kerjasama ini juga katanya adalah bagian dari menjawab persoalan dan pergumulan lingkungan yang saat ini dirasakan masyarakat terutama yang berada di Pulau Obi.
Menurutnya, masalah lingkungan hidup bagi masyarakat pulau Obi sangat krusial. Sebagai organisasi keagamaan tugas ini melekat. Artinya, apa yang dilakukan ini adalah ajakan kepada masyarakat dan semua pihak untuk menjaga dan memastikan keberlanjutan lingkungan hidup yang nanti diwariskan kepada generasi yang akan datang.
“Kerjsama ini adalah komitemen untuk menjaga lingkungan. Pada pelaksanaan kegiatan ini akan memberikan pengalamannya penting bagi para pendeta dan pengurus gereja masyarakat. Terutama untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan hidup,” katanya.
Atas nama MPK GPM, mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah merespons hal hal yang ada di pulau Obi termasuk berhubungan dengan persoalan lingkungan yang sedang dihadapi masyarakat saat ini .
“Kepada pelayan dan pendeta yang hadir sebagai majelis mari manfaatkan kegiatan ini belajar dan berbagai informasi terkait apa yang sedang dihadapi,” harapnya. Dia juga meminta kegiatan ini dijadikan momentum membangun kesadaran melindungi dan melestarikan alam. Ini katanya adalah tugas semua pihak memberikan manfaat bagi semua secara maksimal. Manfaat nya juga bisa memberi kontribusi pemahaman menjaga alam yang ditempati ini.
“Kami mengajak semua pihak untuk tetap memberikan perhatian dengan serius persoalan lingkungan. Apa yang dihasilkan melalui pelatihan ini agar bisa memberi manfaat bagi semua,” tutupnya.
Direktur WALHI Maluku Utara, Faisal Ratuela saat pembukaan pelatihan menyampaikan bahwa, apa yang dilakukan ini adalah upaya penyelamatan ruang hidup tidak hanya Pulau Obi tetapi Maluku Utara pada umumnya. Maluku Utara dan Pulau Obi khususnya sangat kaya. Hal ini jika tidak dijelaskan dan dipahami termasuk apa dampak eksploitasi yang dilakukan bagi masarakat akan sangat merugikan. “Kegiatan ini juga bagian dari upaya mendapatkan informasi dari kampung. Juga mengidentifikasi apa tanggung jawab yang diemban WALHI Maluku Utara terkait ruang hidup di Pulau Obi,” jelas Faisal.
Sementara Jemi Karteang salah satu perwakilan dari Desa Kawasi yang hadir dalam pelatihan itu menyampaikan kondisi riil yang mereka hadapi saat ini. Baik ruang hidup yang hilang, kerusakan lingkungan hingga masalah sosial yang dirasakan sangat mengancam masyarakat. Padahal katanya, jika ruang hidup mereka tidak terganggu oleh industry tambang seperti sekarang, mereka bisa hidup dengan aman dan nyaman. Dari kebun kelapa, pala dan cengkih yang ada serta potensi laut yang dimiliki, sebenarnya menjadi kekayaan hingga anak cucu di kemudian hari masih bisa dinikmati.
“Namun yang terjadi saat ini masyarakat mengalami penderitaan luar biasa akibat eksploitasi industri nikel raksasa yang masuk ke kampung kami,” katanya. Dalam pelatihan ini para peserta selain mendapatkan penguatan dari sisi penyalamatan dan perlindungan ruang hidup, juga hukum serta mendapatkan pelatihan jurnalistik warga.(aji/editor)