Kabar Baik Bagi Petani Malut, BRIN Kembangkan Minyak Kelapa Jadi Bio-jet Fuel 

Headline72 Dilihat
banner 468x60

Halmaherapedia–  Kebutuhan energi terus meningkat, sementara bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam masih menjadi sumber energi utama. Sebagai upaya menciptakan energi alternatif, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan riset katalis berbasis Metal-Organic Frameworks (MOFs) untuk mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel atau bahan bakar pesawat hayati.

Kabar ini tentu menggembirakan masyarakat petani Indonesia khususnya di Maluku Utara yang rata rata mengembangkan perkebunan kelapa  jadi salah satu sumber utama pendapatan mereka. Data kelapa di Malut sesuai Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate,  Malut menyebutkan daerah ini masuk lima besar penghasil kelapa di Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik, produksi kelapa Maluku Utara pada  2022 mencapai 211,80 juta ton. Sementara Berdasarkan data Balai Karantina volume kopra yang dikirim keluar dari Maluku Utara mencapai  111 ribu ton, kelapa bulat 281 ton dan menjadi  penyokong ekspor nasional. Daerah  tujuan pengiriman sebagian besar ke Surabaya, Manado dan Bitung. Hal ini  karena dari wilayah tersebut produk turunan kelapa diolah untuk diekspor.

banner 336x280

Luas perkebunan  kelapa di Malut   yang merupakan perkebunan rakyat, tercatat ada 260 ribu hektare  lebih dengan potensi produksi kopra sekitar 400 ribu ton per tahun.
Potensi besar ini maka jika riset mengubah minyak kelapa menjadi minyak jet ini bisa dikembangkan,  maka akan menjadi  potensi besar di masa depan.

Peneliti Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Deliana Dahnum adalah salah satu peneliti di Indonesia yang tengah mengembangkan katalis berbasis Metal-Organic Frameworks (MOFs) untuk mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel.  Dahnum menjelaskan bio-jet fuel adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang menggunakan minyak nabati sebagai bahan baku.  Dia bilang  dengan potensi  Indonesia memiliki potensi besar untuk memproduksi bahan bakar ini karena kelapa melimpah di wilayah tropis.

“Indonesia memiliki potensi besar karena banyak sumber daya alam berupa minyak kelapa yang tumbuh subur di wilayah tropis,” ujarnya seperti dirilis  Antara, Kamis (21/11/2024). Proses konversi minyak kelapa menjadi bio-jet fuel membutuhkan katalis yang efisien. Untuk itu, Dahnum dan tim mengembangkan katalis berbasis Metal-Organic Frameworks atau MOFs, material inovatif yang dirancang untuk mempercepat proses produksi.

Teknologi ini telah melewati uji coba laboratorium dan menunjukkan hasil menjanjikan dalam skala kecil. Tidak hanya memanfaatkan kelapa yang bernilai ekonomi rendah, teknologi ini juga mendukung upaya keberlanjutan energi.

Nories Otniel petani kelapa Morotai saat mencongkel isi kelapa miliknya, foto FAris Bobero

Deliana Danhum yang juga penerima penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2024  ini optimistis inovasi ini dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus memaksimalkan potensi sumber daya lokal.

Harapannya  riset ini dapat segera diterapkan dalam skala yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia secara berkelanjutan. “Pengembangan ini telah mencapai tahap uji coba laboratorium dan menunjukkan potensi untuk dikembangkan pada skala lebih besar, termasuk pada kelapa yang tidak layak konsumsi, guna memaksimalkan keberlanjutan energi,” pungkasnya.

Indonesia dan dunia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, dengan pesatnya pertumbuhan populasi, kebutuhan akan energi terus meningkat. Sebagai respons terhadap tantangan ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus melakukan inovasi dalam mencari solusi berkelanjutan. Salah satunya melalui pengembangan riset bahan bakar alternatif berbasis energi terbarukan, yaitu bio-jet fuel.

Peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Kimia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deliana Dahnum menjelaskan bahwa bio-jet fuel merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang memanfaatkan minyak nabati sebagai bahan baku. “Indonesia memiliki potensi besar karena banyak sumber daya alam berupa minyak kelapa yang tumbuh subur di wilayah tropis,” ungkap Wanita Lulusan KIST School, University of Science and Technology, South Korea.

Lebih lanjut, Dahnum menjelaskan bahwa dalam proses pengembangan bio-jet fuel, minyak kelapa menjadi bahan dasar yang efektif, ia menggunakan khususnya kelapa yang tidak layak konsumsi, seperti kelapa tua, kecil, atau yang sudah berjamur, untuk diolah menjadi bahan bakar pesawat alternatif. Melalui inovasi ini, Ia meyakini Indonesia tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga mendukung pemanfaatan sumber daya lokal yang ramah lingkungan.

Untuk mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel, dibutuhkan proses katalisis dengan bantuan katalis yang efisien. BRIN mengembangkan katalis berbasis Metal-Organic Frameworks (MOFs), sebuah material inovatif yang diharapkan mampu mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel secara produktif dan efektif.

“Pengembangan ini telah mencapai tahap uji coba laboratorium dan menunjukkan potensi untuk dikembangkan pada skala lebih besar, termasuk pada kelapa yang tidak layak konsumsi, guna memaksimalkan keberlanjutan energi,” katanya optimis. Dahnum pun berharap riset bio-jet fuel dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sehingga mempercepat realisasi penelitian ini ke tahap yang lebih maju. Dengan demikian, dapat berkontribusi langsung sebagai salah satu upaya memenuhi kebutuhan energi Indonesia yang berkelanjutan. Sebagaimana diketahui, dengan penelitian ini, Deliana Dhanum mendapatkan Penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2024 bersama empat peneliti perempuan lainnya. Riset ini merupakan salah satu inovasi dengan memanfaatkan sumber daya lokal, untuk mendukung produksi bahan bakar ramah lingkungan yang dapat mengurangi emisi karbon.(aji/olah rilis BRIN)

 

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *