Halmaherapedia— Sebuah rumah kompos dibangun oleh pemerintah Kota Ternate lewat dinas pertanian, di buku manyeku (puncak gunung,red) Kelurahan Dorari Isa Kecamatan Pulau Hiri. Untuk menjangkau rumah kompos ini harus jalan menanjak atau menggunakan kendaraan roda dua kurang lebih 1, 5 kilometer. Rumah kompos ini ternyata tidak dimanfaatkan (unfaedah,red) untuk pembuatan kompos. Sebab setelah dibangun sejak 2018 lalu hingga kini, tidak beroperasi.
Bahkan di lapangan menunjukan tidak ada aktivitas di rumah kompos itu. Sejumlah fasilits seperti mesin pencacah rumput gedung pembuatan kompos juga telah rusak. Bahkan di dalam gedung itu di buat sebuah tempat pengasapan kopra atau orang Maluku Utara mengenalnya dengan para para kopra. Rumah kompos itu juga sebagaian sudah reyot. Mesin pengolah kompos juga sudah tinggal bagian kepala.

Pemilik lahan di mana rumah kompos dibangun, Dahlan Toniku saat ditemui di lapangan mengaku, rumah kompos yang dibangun di atas lahannya itu dia izinkan karena dekat dengan kebun hortikuktur yang dia usahakan. Harapannya nanti bisa dia manfaatkan kompos itu. Tetapi kenyataanya hingga kini rumah kompos ini tidak difungsikan sama sekali. Karena tidak dimanfaatkan dia bangun sebuah pengasapan kopra atau orang Maluku Utara mengenalnya dengan para- para kopra salah satu gedung tak jauh dari gedung tempat pembuatan kompos. Dia mengaku ada kelompok tani yang menerima fasilitas ini bersama 8 ekor sapi. Hanya saja, setelah diterima sampai sekarang belum juga dimanfaatkan. Dia mengaku tidak tahu keberadaan sapinya. “Kalau itu saya tidak tahu. Tetapi mereka kesulitan memelihara sapi di situ karena kesulitan air dan pakan atau bahan pembuatan kompos.
Pihaknya meminta Dinas Pertanian agar bisa mengalihkan agar bisa dimanfaatkan membuat kompos. Karena dia mengaku sangat butuh kompos untuk usaha pertanian hortikuture yang dia usahakan di lahannya.
Dia bilang ada kelompok tani di kelurahannya yang terima tetapi tidak bisa dimanfaatkan, karena berbagai hal yang dia tidak bisa sebutkan.
Kepala Dinas Pertanian Kota Ternate Thamrin Marsaoly dikonfirmasi Minggu (1/9/2024) menjelaskan bahwa itu memang gedung itu dibangun untuk mengolah kotoran ternak menjadi pupuk. Sementara gedung itu bukan dibangun oleh Dinas Pertanian secara langsung tetapi bantuan dari Kementerian Pertanian. Dia akui memang setelah pembangunan proyek rumah pupuk itu kelompok yang menerima proyek ini tidak bisa membuat pupuk karena kesulitan mendapatkan bahan terutama kotoran ternak itu, yang menyebabkan alat dan bangunan yang dibangun itu tidak bisa termanfaatkan. Dia menyebutkan dia membandingkan bantuan yang sama di Loto dan Togafo bisa jalan karena ada bahan bakunya berupa kotoran ternak. Dia bahkan menyebutkan yang jadi persoalan juga hingga tak jalannya bantuan yang diberikan itu karena tidak konsistennya petani yang mengelolanya yakni kurang focus pada usaha pertanian yang mereka geluti. Akhirnya bantuan seperti ini tidak dimanfaatkan secara baik. Akhirnya bantuan dari program pertanian go green yang dicanangkan dengan bantuan seperti ini tidak jalan. “Jadi kendalanya bahan baku terutama kotoran ternak. Akhirnya bantuan ini tidak termanfaatkan,”katanya. (aji/edit)