Kampung di Ternate yang Jalur Kali Mati-nya ke Gunung Gamalama

Daerah, Headline286 Dilihat
banner 468x60

Halmaherepedia– Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAG) Cabang Provinsi Maluku Utara memetakan jalur konektivitas  sungai yang berada di hamper semua kelurahan dengan puncak Gamalama. “Jika melihat peta yang ada hamper semua sungai/kali mati di pulau ini memiliki konektivitas ke puncak,” jelas Ketua IAGI Maluku Abdul Kadir “Dedy Arif yang dihubungi Sabtu (31/8/2024) pagi.

Dari peta  itu menunjukan hamper semua sungai yang melewati kampung- kampung di kota dan Pulau Ternate  memiliki jaringan konektivitas ke daerah puncak  Gamalama yang merupakan daerah rawan bencana. Pasalnya puncak Gamalama  sewaktu- waktu meletus dan mengeluarkan berbagai bahan material yang dapat mengancam  warga di pulau ini. Dedi  bilang peta ini juga sudah disampaikan ke pemerintah kota Ternate.

banner 336x280

Dari peta itu menunjukan,  arsiran warna merah, merah muda dan kuning adalah daerah rawan bencana III, II dan  I. Pada arsiran warna kuning  juga merupakan daerah gawir dan  aliran laharik.

Dijelaskan, terkait peta ini untuk bisa mengetahui tingkat bahaya dari sungai sungai yang ada,  tinggi sedang dan rendah, terutama  yang melewati kampung kampung di Ternate,  butuh  riset  dan kajian lanjutan. “Perlu ada  analisis risiko bencana sehingga bisa diketahui daerah mana berpotensi tinggi, sedang dan rendah,” ujar Dedi sapaan akrabnya.

Peta Bencana di Rua foto FORDAS Kie Raha

Peta Bencana di Rua foto FORDAS Kie Raha

Sebagai awal  katanya IAGI telah melakukan overlay peta tersebut sehingga bisa terinformasikan lebih awal kepada masyarakat bahwa ada konektivitas antara gawir yang ada di puncak atau sungai yang ukurannya lebih besar di puncak  terhubung  dengan beberapa kampung yang ada di hilirnya.

Dia bilang, dari peta ini bisa diketahui  bahwa risiko yang ada hamper sama dengan yang terjadi di Rua. Pasalnya  banjir dari puncak akan melewati sungai sungai itu baik banjir bandang maupun banjir laharik atau banjir lahar dingin.

“Banjir dingin bisa terjadi jika ada erupsi yang terjadi di Gamalama. Sementara banjir bandang bisa terjadi  meskipun itu material yang sudah lama bisa  terbawa saat  banjir. Seperti terjadi di Rua,” katanya.

Konektivitasnya langsung dengan daerah di hulu yang notabene hasil endapan letusan gunung Gamalama tua  dan Gamalama Dewasa  terakumulasi secara bersama sama dalam satu sistim yang dikenal dengan menjari.

Lalu  apakah persoalan ini  sudah disampaikan ke Pemerintah Kota Ternate, menurutnya  sudah disampaikan sejak peristiwa  Rua yang pertama.Dalam rapat awal dengan berbagai pihak terkait pasca banjir bandang  25 Agustus lalu  juga sudah disampaikan.

Pada prinsipnya mitigasi harus dibangun. Paling utama adalah early warning system-nya (EWS). Karena pemukiman ada di bawah  maka EWS-nya  harus berada di atas. BNPB dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Malut  sebenarnya siap memberikan support  EWS ini.

peta koneksivitas jalur sungai besar kecil terhadap kelurahan di kota ternate, foto IAGI

Mitigasinya tidak hanya EWS  tapi   perlu ada normalisasi dan modifikasi pola aliran tanpa mengubah existing sungai.  “Jadi  ada peremajaan  sungai sehingga air dan material yang keluar juga mengikuti jalur sungai yang ada,” tutupnya.

Anggota Komisi 3 DPRD Kota Ternate Junaidi A Bahrudin menjelaskan, memang sejauh Pemkot  belum melakukan riset atau penelitian terkait  peta konektivitas jalur sungai ke puncak Gamalama. Terutama di kawasan mana saja rawan luapan air yang bisa membahayakan pemukiman,  begitu juga potensi bencana longsor atas adanya sejumlah tebing/bukit yang sudah dekat ke perumahan pemukiman.

Padahal kondisi topografi kota Te

Salah satu Sungai di Ternate yang menghubungkan-ke-puncak-gamalama, foto IAGI

rnate dengan curah hujan tinggi tidak menutup kemungkinan terjadinya longsor atau banjir di kawasn kota lainnya. Karena itu  harus ada tindakan serius. Misalnya kebijakan relokasi warga yang dekat bantaran sungai atau kawasan rawan longsor sebelum terjadi bencana dan menelan korban. “Sebaiknya diantisipasi,” katanya.

Salah satu Sungai di Ternate yang menghubungkan-ke-puncak-gamalama, foto IAGIDPRD mendorong Pemkot lewat Bapelitbangda agar mulai 2025 lokus kegiatan peneilitan dan riset adalah di bidang mitigasi bencana. Memang sudah 2 tahun ini Bappelitbangda punya sejumlah kegiatan riset. Tapi masih pada hal-hal yang umum.

Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kota Ternate coba dikonfirmasi soal apa langkah Pemkot menyikapi adanya persoalan ini belum ada tanggapan. Daftar pertanyaan yang disampaikan via hand phone belum ditanggapi. Pesan yang dikirim ke 08229005 2xxxx via aplikasi WA meski telah tercentang dibaca namun belum ada tanggapan. (aji/editor)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *