Halmaherepedia– Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAG) Cabang Provinsi Maluku Utara memetakan jalur konektivitas sungai yang berada di hamper semua kelurahan dengan puncak Gamalama. “Jika melihat peta yang ada hamper semua sungai/kali mati di pulau ini memiliki konektivitas ke puncak,” jelas Ketua IAGI Maluku Abdul Kadir “Dedy Arif yang dihubungi Sabtu (31/8/2024) pagi.
Dari peta itu menunjukan hamper semua sungai yang melewati kampung- kampung di kota dan Pulau Ternate memiliki jaringan konektivitas ke daerah puncak Gamalama yang merupakan daerah rawan bencana. Pasalnya puncak Gamalama sewaktu- waktu meletus dan mengeluarkan berbagai bahan material yang dapat mengancam warga di pulau ini. Dedi bilang peta ini juga sudah disampaikan ke pemerintah kota Ternate.
Dari peta itu menunjukan, arsiran warna merah, merah muda dan kuning adalah daerah rawan bencana III, II dan I. Pada arsiran warna kuning juga merupakan daerah gawir dan aliran laharik.
Dijelaskan, terkait peta ini untuk bisa mengetahui tingkat bahaya dari sungai sungai yang ada, tinggi sedang dan rendah, terutama yang melewati kampung kampung di Ternate, butuh riset dan kajian lanjutan. “Perlu ada analisis risiko bencana sehingga bisa diketahui daerah mana berpotensi tinggi, sedang dan rendah,” ujar Dedi sapaan akrabnya.
Peta Bencana di Rua foto FORDAS Kie Raha
Sebagai awal katanya IAGI telah melakukan overlay peta tersebut sehingga bisa terinformasikan lebih awal kepada masyarakat bahwa ada konektivitas antara gawir yang ada di puncak atau sungai yang ukurannya lebih besar di puncak terhubung dengan beberapa kampung yang ada di hilirnya.
Dia bilang, dari peta ini bisa diketahui bahwa risiko yang ada hamper sama dengan yang terjadi di Rua. Pasalnya banjir dari puncak akan melewati sungai sungai itu baik banjir bandang maupun banjir laharik atau banjir lahar dingin.
“Banjir dingin bisa terjadi jika ada erupsi yang terjadi di Gamalama. Sementara banjir bandang bisa terjadi meskipun itu material yang sudah lama bisa terbawa saat banjir. Seperti terjadi di Rua,” katanya.
Konektivitasnya langsung dengan daerah di hulu yang notabene hasil endapan letusan gunung Gamalama tua dan Gamalama Dewasa terakumulasi secara bersama sama dalam satu sistim yang dikenal dengan menjari.
Lalu apakah persoalan ini sudah disampaikan ke Pemerintah Kota Ternate, menurutnya sudah disampaikan sejak peristiwa Rua yang pertama.Dalam rapat awal dengan berbagai pihak terkait pasca banjir bandang 25 Agustus lalu juga sudah disampaikan.
Pada prinsipnya mitigasi harus dibangun. Paling utama adalah early warning system-nya (EWS). Karena pemukiman ada di bawah maka EWS-nya harus berada di atas. BNPB dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Malut sebenarnya siap memberikan support EWS ini.
Mitigasinya tidak hanya EWS tapi perlu ada normalisasi dan modifikasi pola aliran tanpa mengubah existing sungai. “Jadi ada peremajaan sungai sehingga air dan material yang keluar juga mengikuti jalur sungai yang ada,” tutupnya.
Anggota Komisi 3 DPRD Kota Ternate Junaidi A Bahrudin menjelaskan, memang sejauh Pemkot belum melakukan riset atau penelitian terkait peta konektivitas jalur sungai ke puncak Gamalama. Terutama di kawasan mana saja rawan luapan air yang bisa membahayakan pemukiman, begitu juga potensi bencana longsor atas adanya sejumlah tebing/bukit yang sudah dekat ke perumahan pemukiman.
Padahal kondisi topografi kota Te
rnate dengan curah hujan tinggi tidak menutup kemungkinan terjadinya longsor atau banjir di kawasn kota lainnya. Karena itu harus ada tindakan serius. Misalnya kebijakan relokasi warga yang dekat bantaran sungai atau kawasan rawan longsor sebelum terjadi bencana dan menelan korban. “Sebaiknya diantisipasi,” katanya.
Salah satu Sungai di Ternate yang menghubungkan-ke-puncak-gamalama, foto IAGIDPRD mendorong Pemkot lewat Bapelitbangda agar mulai 2025 lokus kegiatan peneilitan dan riset adalah di bidang mitigasi bencana. Memang sudah 2 tahun ini Bappelitbangda punya sejumlah kegiatan riset. Tapi masih pada hal-hal yang umum.
Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kota Ternate coba dikonfirmasi soal apa langkah Pemkot menyikapi adanya persoalan ini belum ada tanggapan. Daftar pertanyaan yang disampaikan via hand phone belum ditanggapi. Pesan yang dikirim ke 08229005 2xxxx via aplikasi WA meski telah tercentang dibaca namun belum ada tanggapan. (aji/editor)