Warga Buat Jembatan Darat Darurat, Kendaraan Lewat Bayar Rp200 Ribu
Halmaherapedia— Publik Maluku Utara tidak asing lagi dengan kayanya Kabupaten Halmahera Tengah. Daerah yang sering dijuluki negeri Fagogoru itu miliki sumber daya alam tidak hanya di darat tetapi juga di laut. Data Pemkab Halmahera Tengah menunjukan daerah ini memiliki luas wilayah mencapai 2.276,83 Km2. . Kabupaten dengan 8 kecamatan ini menyimpan kekayaan luar biasa. Terutama di bidang tambang nikel. Daerah ini memiliki banyak izin tambang dalam bentuk IUP. Bahkan smelter perusahaan tambang terbesar dibangun di Weda Halmahera Tengah.
Di tengah kekayaan yang melimpah ruah, daerah ini juga tak luput tak terlilit masalah. Salah satu yang terbilang serius adalah ketersediaan infrstruktur seperti jalan dan jembatan untuk membuka akses ke berbagai daerah terisolir. Di beberapa pelosok di daerah ini, badan jalan dan jembatan juga belum terbangun secara keseluruhan. Karena itu warga kesulitan ketika mengakses hingga ke ibu kota provinsi.
Seperti dialami warga Sakam di Patani Utara perbatasan Halmahera Timur Halmahera Tengah ini. Ada jembatan penghubung di daerah perbatasan dua kabupaten ini, tak bisa dilewati. Jembatan penghubung di kali Get Desa Sakam Patani Utara itu, ambruk lantaran jembatan kayu tidak bisa menahan beban saat dilewati dump truck. Jembatan yang menghubungkan dua kabupaten itu ambruk saat dilewati mobil pengangkut material tower dari Jailolo, Halmahera Barat tujuan Desa Nursifa, Patani Timur pada Jumat (10/9/2022) lalu. Beruntung dalam kejadian kala itu tak ada korban jiwa. Jembatan darurat kembali dibangun hanya saja kembali hancur dilanda banjir pada 4 Mei 2024 lalu.
Karena itu kemudian warga membangun lagi jembatan darurat di kali Get. Jika ada lewat atau menyeberangkan kendaraan roda empat mereka terpaksa diminta bayar. Jembatan ini panjangnya kurang lebih 50 meter. “Ada salah satu warga punya insiatif membuat jembatan ini selain membantu masyarakat juga mencari uang,” ujar Harun Raden salah satu warga yang turut memanfaatkan jembatan tersebut.
Hairun mengaku rakit tersebut dibuat setelah jembatan darurat hancur dihantam banjir pada 6 Mei 2024 lalu. Yang bikin miris warga katanya saat melewati jembatan tersebut dimintai tariff hingga Rp200 ribu. Sekali melewati jembatan dengan taris sebear itu sangat memberatkan hanya saja tidak bisa berbuat banyak, karena dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
“Mo bagemana, itu orang bangun untuk mancari (mau bagaimana mereka bangun untuk cari uang,red),” katanya. Dari informasai yang dihimpun Halmaherapedia.com jembatan yang berada di perbatasan dua kabupaten ini tidak dibangun karena berharap dikerjakan oleh pemerintah provinsi. Hanya saja kenayataanya hingga kini tidak pernah dibangun. (aji/red)