Kasus Terus Naik, Butuh Perhatian Semua Pihak
Halmaherapedia– “Temuan kami berdasarkan hasil dua model pemeriksaan anti bodi dan anti gen yang dilakukan di sejumlah tempat kost di Kota Ternate, dalam 4 bulan ini temuannya ada 14 kasus positif kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS),” kata H Ismail Hamzah dari Yayasan Pelangi Maluku (YPM) perwakilan Kota Ternate saat diskusi dan bacarita santai Ternate Kota Ramah HAM yang dilaksakan di aula kantor Wali Kota Ternate Jumat (3/5/2024) sore.
Kegiatan yang diinisiasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Marimoi Ternate itu tujuannya mendorong perlunya Perda Ternate sebagai kota ramah HAM.
Ismail yang biasa disapa Embi itu, di hadapan Wali Kota Ternate Tauhid Soleman menyampaikan sejumlah persoalan, termasuk keprihatinannya pada penderita HIV/ Aids yang kian hari terus naik kasusnya.
Embi menyebutkan, temuan kasus ini, terbilang tinggi meskipun tempat yang dianggap punya potensi kasus belum dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan. Kekuatiran mereka katanya adalah tempat- tempat kost yang memiliki penghuni yang berasal dari berbagai kalangan dan kurang ada kontrol. Memang katanya, apa yang mereka lakukan dalam menyisir untuk memastikan kasus HIV AIDS ini belum berjalan baik karena belum mendapat dukungan penuh terkait pelaksanaan pemeriksaan.
Karena itu di hadapan Tauhid yang juga Wali Kota, dia meminta agar terkait pemeriksaan penyakit mematikan itu, perlu ada dukungan Wali Kota terutama di tingkat kelurahan.
“Kami minta ada dukungan dari kelurahan terutama dalam hal pemeriksaan. Mungkin ada semacam instruksi ke kelurahan mendukung agar temuan kasus ini makin banyak sehingga efek gunung es kepada yang lain bisa ditekan,” katanya.
Sayangnya apa yang disuarakan Embi ini tidak ditanggapi secara eksplisit oleh wali kota saat menjadi pembicara tunggal kegiatan tersebut.
Soal HIV/ AIDS ini kata dia menjadi konsen mereka karena penderitanya kadang dikucilkan bahkan selalu distigamtisasi.
Untuk jumlah kasus HIV/AIDS di Ternate sepanjang 2023 ada 107 kasus. Jumlah ini terbilang banyak karena memiliki efek gunung es yang sangat mengerikan. Artinya ketika ada 100 penderita yang ditemukan berarti ada 100 kali dampak penyebaran dari satu penderita.
Rian Hardiansyah dari Jaringan Indonesia Positif Wilayah Maluku Utara salah satu NGO yang concern dengan isyu ini, saat hadir dalam pertemuan itu menyampaikan kesulitan yang dihadapi para penderita. Terutama mereka sangat sulit mendapatkan obat. Karena itu dia turut meminta perhatian dari pemerintah untuk penyediaan obat yang bisa dijangkau para penderita.
Terkait para penderita yang mendapatkan stigma buruk makin membuat penyakit ini begitu dianggap nista. Padahal katanya, tidak semua ciri adalah penyakit HIV AIDS sehingga perlu diperiksa. “Stigma itu membuat orang semakin takut memastikan penyakit yang diderita padahal tidak semua orang kurus misalnya alami penyakit ini,” katanya.
Ditemui usai pertemuan Rian menjelaskan, jumlah kasus secara total Maluku Utara hingga 2023 itu ada 894 kasus. “Ini adalah akumulasi kasus yang dihitung sejak 2007 hingga 2023 lalu,” katanya.
Dia bilang yang ditakuti adalah efek gunung es dari penyakit ini. Karena setiap kasus akan menimbulkan penyebaran bahkan lebih luas untuk penderita baru.(aji/red)