Halmaherapedia– Sabtu (1/3/2025) besok, masyarakat Maluku Utara, Indonesia dan dunia ada yang sudah menjalankan ibadah bulan suci Ramadhan. Bulan ini memiliki makna hakiki bagi kehidupan dan peribadatan kaum muslimin. Ramadhan dinanti sebagai salah satu bulan khusus yang dijalani sebulan penuh dengan puasa di siang hari dan menjalankan ritual peribadatan lain di siang dan malam hari.
Di Maluku Utara sebelum memasuki bulan Ramadhan hingga pelaksanaan ibadah sebulan penuh, selalu diisi berbagai ritual sebagai bagian dari ibadah dan juga kebudayaan yang dijalankan turun temurun. Sebagai masyarakat kesultanan di Maluku Utara dan Ternate khsusunya, memiliki kekayaan tradisi yang dijalankan sebelum dan setelah jalannya puasa ramadhan.
Di Ternate misalnya, bisa disaksikan berbagai ritual khas Ramadhan, yang digelar masyarakat sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dan penghormatan terhadap bulan suci itu. Di awali sebelum ramadhan warga selalu berziarah di makam orang tua, saudara maupun family yang telah meninggal. Ritual ritual seperti ini bisa disaksikan dengan ramainya keluarga mendatangi tempat-tempat pemakaman umum dan pemakaman keluarga.
Selain mengunjungi makam, juga dilakukan tahlilan di rumah rumah keluarga. Hal ini berlangsung sejak dua minggu sebelum ramadhan hingga sehari jelang ramdhan. Sementara ketika proses pelaksanaan puasa sudah memasuki pertengahan dilakukan prosesi penyambutan malam lailatul qadar atau malam turunnya Al Quran.
Prosesi penyambutan malam lailatul qadar selalu digelar pada malam 27 Ramadhan. Ritual ini dilakukan masyarakat di daerah ini sejak zaman dulu hingga sekarang ini. Prosesi penyambutan malam lailatul qadar dipusatkan di kedaton Kesultanan Ternate yang diawali dengan mengantar Sultan Ternate ke Masjid Kesultanan untuk melaksanakan shalat isya dan tarawih dengan cara ditandu pasukan adat.
Perjalanan Sultan Ternate dari kedaton kesultanan ke Masjid Kesultanan yang berjarak sekitar 300 meter dikawal pasukan adat dengan membawa obor disertai tabuhan gendi gong kecil. Alat ini konon adalah pemberian dari Sunan Gunung Jati yang juga salah seorang walisongo. Prosesi penyambutan malam lailatul qadar ini dilaksanakan usai shalat tarawih dengan menggelar berbagai ritual, seperti pembacaan doa dan dzikir di kedaton Kesultanan Ternate, dan dihadiri perangkat adat dan masyarakat .
Di sekitar kedaton Kesultanan Ternate, termasuk di wilayah kota juga dipenuhi obor serta wewangian dari pembakar damar sebagai simbol kebahagiaan masyarakat menyambut turunnya lailatul qadar.
Pemkot Ternate sendiri di malam 27 Ramadhan biasanya menggelar festival lailatul qadar, dengan lomba keindahan dan semarak lampu obor atau lampion antar- kelurahan se- kota Ternate.
Ritual menarik lainnya dapat disaksikan saat Ramadhan adalah prosesi shalat tarawih di masjid kesultanan Ternate yang masih menerapkan aturan sejak zaman dulu, seperti pria yang shalat tarawaih itu harus mengenakan celana panjang dan penutup kepala. Tempat shalat tarawih pria dan perempuan di masjid itu terpisah hingga sekarang perempuan tidak diizinkan shalat tarawih maupun shalat wajib di masjid ini.
Masjid Sultan yang telah berusia ratusan tahun memiliki ciri khas adanya tiang alif itu, juga ada tempat khusus untuk Sultan Ternate ketika mengikuti shalat berjemaah, baik saat tarawih maupun shalat lima waktu.
Gendang sahur
Selain ritual Ramadhan, satu yang juga menarik di Ternate adalah kegiatan membangunkan warga saat sahur yang dilakukan dengan gendang sahur. Dalam kegiatan ini para anak muda laki laki dan perempuan secara berkelompok bernyanyi lagu daerah maupun qasidah Ternate di setiap kampung dan lingkungan. Mereka berkeliling dari satu rumah ke rumah lain membangunkan pemilik rumah dengan menyanyikan lagu-lagu religi diiringi dengan tabuhan rebana. Kegiatan selain untuk membangunkan sahur, juga dimanfaatkan mencari dana masjid atau kegiatan lainnya.
Kegiatan ini berlangsung setiap malam mulai pukul 01.00 hingga 03.00 WIT.
Tradisi gendang sahur ini sudah ada sejak zaman dulu dan biasanya si pemilik rumah terbangun setelah mendengar gendang sahur. Tuan rumah kan memberikan uang sebagai tanda terima kasih kepada kelompok gendang sahur bersangkutan.
Sementara saat menjalankan buka puasa warga juga menjajakkan berbagai kuliner khas Ternate, dari asida, lalampa, waji serta aneka minuman dari bahan air kelapa serta gula aren. Hal ini bisa ditemui di berbagai tempat di Kota Ternate. Keramaian menjajakan makanan ini mulai dari siang sekira pukul 15.00 hingga jelang berbuka puasa.
Di Ternate sering ada semacam lelucon terkait kue khas buka puasa ini dengan liga kue buka puasa ramadhan. Liga kue Ramadhan ini, adalah semacam persaingan kue- kue khas yang paling disukai dan laku dijual sejak hari pertama hingga jelang berakhirnya puasa ramadhan.(aji/ disarikan dari berbagai sumber)
Marhaban syahru romadhon. Marhaban syahrus shiyam