Ramadhan dan Keunikan Tradisi  Moloku Kie Raha

Baronda40 Dilihat
banner 468x60

Halmaherapedia– Sabtu (1/3/2025) besok, masyarakat Maluku Utara, Indonesia dan dunia  ada yang  sudah menjalankan ibadah bulan suci Ramadhan. Bulan ini  memiliki makna hakiki bagi kehidupan dan peribadatan kaum muslimin.  Ramadhan dinanti  sebagai salah satu bulan khusus  yang dijalani sebulan penuh dengan puasa di siang hari dan menjalankan ritual peribadatan lain di siang dan malam hari.

Di Maluku Utara sebelum memasuki bulan Ramadhan hingga pelaksanaan  ibadah sebulan penuh, selalu diisi berbagai ritual sebagai bagian dari  ibadah dan  juga kebudayaan yang dijalankan turun temurun.  Sebagai masyarakat kesultanan di  Maluku Utara dan Ternate khsusunya, memiliki kekayaan tradisi yang dijalankan sebelum  dan setelah  jalannya puasa ramadhan.

banner 336x280

Di Ternate misalnya, bisa disaksikan berbagai ritual khas Ramadhan, yang digelar masyarakat sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah dan penghormatan terhadap bulan suci itu.  Di awali sebelum ramadhan warga selalu  berziarah   di makam orang tua, saudara maupun family yang telah meninggal.  Ritual ritual seperti ini bisa disaksikan  dengan ramainya  keluarga  mendatangi tempat-tempat pemakaman umum dan pemakaman keluarga.

Selain mengunjungi makam, juga dilakukan tahlilan di rumah rumah keluarga. Hal ini berlangsung sejak dua minggu sebelum ramadhan hingga sehari jelang ramdhan.  Sementara ketika proses pelaksanaan puasa sudah memasuki pertengahan  dilakukan prosesi penyambutan malam lailatul qadar atau malam turunnya Al Quran.

Prosesi penyambutan malam lailatul qadar selalu digelar pada malam 27 Ramadhan.  Ritual ini dilakukan  masyarakat di daerah ini sejak zaman dulu  hingga sekarang ini. Prosesi penyambutan malam lailatul qadar dipusatkan di kedaton Kesultanan Ternate  yang diawali dengan mengantar Sultan Ternate ke Masjid Kesultanan untuk melaksanakan shalat isya dan tarawih dengan cara ditandu pasukan adat.

Perjalanan Sultan Ternate dari kedaton kesultanan ke Masjid Kesultanan yang berjarak sekitar 300 meter dikawal pasukan adat dengan membawa obor disertai tabuhan gendi gong kecil. Alat ini   konon  adalah pemberian dari Sunan Gunung Jati yang juga salah seorang walisongo. Prosesi penyambutan malam lailatul qadar  ini dilaksanakan usai shalat tarawih dengan menggelar berbagai ritual, seperti pembacaan doa dan dzikir di kedaton Kesultanan Ternate,  dan dihadiri  perangkat adat dan masyarakat .

Di sekitar kedaton Kesultanan Ternate, termasuk di wilayah kota juga dipenuhi  obor serta wewangian dari pembakar damar sebagai simbol kebahagiaan masyarakat menyambut turunnya lailatul qadar.
Pemkot Ternate sendiri  di malam 27 Ramadhan  biasanya menggelar festival lailatul qadar,  dengan lomba keindahan dan  semarak lampu obor atau lampion antar- kelurahan se- kota Ternate.

Ritual menarik lainnya dapat disaksikan  saat  Ramadhan adalah prosesi shalat tarawih di masjid kesultanan Ternate yang masih menerapkan aturan sejak zaman dulu, seperti pria yang shalat tarawaih itu harus mengenakan celana panjang dan penutup kepala. Tempat shalat tarawih pria dan perempuan di masjid itu terpisah  hingga sekarang perempuan  tidak diizinkan shalat tarawih maupun shalat wajib di masjid ini.

Masjid  Sultan  yang telah berusia ratusan tahun memiliki ciri khas adanya tiang alif itu, juga ada tempat khusus untuk Sultan Ternate ketika mengikuti shalat berjemaah, baik saat tarawih maupun shalat lima waktu.

Gendang sahur

Selain ritual Ramadhan, satu yang juga menarik di Ternate adalah  kegiatan membangunkan warga saat sahur  yang dilakukan dengan gendang sahur. Dalam kegiatan ini para anak muda laki laki dan perempuan secara berkelompok bernyanyi lagu daerah maupun qasidah Ternate di setiap kampung dan lingkungan.  Mereka berkeliling dari satu rumah ke rumah lain   membangunkan pemilik rumah dengan menyanyikan lagu-lagu religi diiringi dengan  tabuhan rebana. Kegiatan  selain untuk membangunkan sahur, juga dimanfaatkan mencari dana masjid atau kegiatan lainnya.
Kegiatan ini berlangsung  setiap malam mulai pukul 01.00 hingga 03.00 WIT.
Tradisi gendang sahur ini sudah ada sejak zaman dulu dan biasanya si pemilik rumah terbangun setelah mendengar gendang sahur. Tuan rumah   kan memberikan uang sebagai tanda terima kasih kepada kelompok gendang sahur bersangkutan.

Sementara  saat menjalankan buka puasa warga juga menjajakkan berbagai  kuliner khas Ternate,  dari asida, lalampa, waji serta aneka minuman dari bahan air kelapa serta gula aren. Hal ini  bisa ditemui di berbagai  tempat di Kota Ternate. Keramaian menjajakan makanan ini mulai dari siang sekira pukul 15.00 hingga jelang berbuka puasa.

Di Ternate sering   ada semacam  lelucon  terkait kue khas buka puasa ini dengan liga kue buka puasa ramadhan. Liga kue Ramadhan ini, adalah semacam  persaingan kue- kue khas yang paling disukai dan laku dijual sejak hari pertama hingga  jelang berakhirnya puasa ramadhan.(aji/ disarikan dari berbagai sumber)

Marhaban syahru romadhon. Marhaban syahrus shiyam

 

 

 

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *