Bangun Trotoar untuk Pedagang?
Halmaherapedia– Sarana publik yang dibangun pemerintah kota Ternate dianggap belum memenuhi harapan dan kebutuhan kelompok masyarakat tertentu. Terutama kaum disabilitas atau mereka yang berkebutuhan khusus. Padahal sarana kota ini mestinya dirasakan nyaman untuk semua warga kota.
“Sebagian besar sarana umum yang dibangun oleh pemrintah kota, bagi kami dari kelompok masyarakat disabilitas merasakan tidak ramah dan aman,” ujar Faisal Assor dari Ikatan Keluarga Disabilitas Makugawene (IKDM).
Penyampaian Faisal di hadapan Wali Kota Ternate Tauhid Soleman itu bertepatan dengan kegiatan diskusi dan bacarita santai mendorong Ternate kota ramah HAM yang dilaksanakan di aula Kantor Wali Kota Ternate Jumat (3/5/2024) lalu. Ungkapan Faisal ini terlontar ketika Walikota Tauhid Soleman menanyakan ke audiens peserta diskusi, siapa yang merasa tidak aman hidup di Ternate. Saat pertanyaan itu terlontar sebagian besar membalasnya dengan mengatakan aman.
Namun tidak demikian dengan Faisal. Dia menyampaikan bahwa meski sebagian besar merasa aman tetapi dia dan kawan kawannya merasa tidak aman terutama menyangkut fasilitas public yang disediakan. Suara Faisal ini Wali Kota menimpalinya dengan menyampaikan bahwa, karena memikirkan kenyamanan kaum disabilitas maka diskusi dan bacarita santai itu dilaksanakan di aula lantai 1 kantor wali kota.
Faisal lantas meminta agar Pemkot dalam membangun fasilitas umum turut memikirkan ramah terhadap kebutuhan kelompok disabilitas. “Kami minta pak Wali Kota turut memperhatikan masalah ini,” kata Faisal.
Salah satu sarana public di kota Ternate yang mendapat sorotan adalah trotoar. Fasilitas yang dibangun di kota ini pemanfaatannya bukan untuk publik terutama pejalan kaki tetapi tempat berjualan.
Direktur Daulat Perempuan Maluku Utara (DAURMALA) Nurdewa Safar yang juga sebagai moderator yang tampil bersama Wali Kota Tauhid Soleman, turut menyoroti sarana trotoar yang ternyata tidak ramah terhadap kelompok- minoritas dan public umumnya.
“Sarana tidak ramah itu ada di depan mata. Salah satu contohnya trotoar. Sangat tidak ramah terhadap perempuan. Ibu hamil yang jalan pagi misalnya, tidak bisa menggunakan trotoar yang dibangun pemerintah karena dimanfaatkan pedagang. Ini masalah yang nyata dan ada di depan mata,” ujar Nurdewa.
Tidak hanya untuk ibu hamil tetapi juga untuk masyarakat umumnya. Dia lantas mempertanyakan untuk apa trotoar dibangun. “Apakah digunakan untuk pejalan kaki atau digunakan pedagang dan gerobak untuk jualan,” katanya.
Sayang apa yang dikiritisi Nurdewa ini tidak ditanggapi secara jelas oleh Wali Kota. Saat itu wali kota bicara beberapa hal menyangkut dengan Musrenbang khusus komunitas dan perlunya mendorong Perda Kota Ternate yang ramah HAM. (aji/red)