Salah satu persoalan paling pelik yang dihadapi masyarakat Kota Ternate saat ini adalah sampah yang bertebaran di mana-mana. Di saluran air, di barangka atau kali mati di laut hingga di pesisir pantai. Karena masalah ini yang kemudian mendorong komunitas anak muda yang menamakan dirinya Komunitas Anak Muda Sadar Sampah (ANKAM) Ternate berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menekan tingginya volume sampah yang tersebar di berbagai tempat tersebut.
Realisasinya saat ini mereka memasang jarring perangkap sampah yang dipasang di berbagai tempat yang berpotensi banyak sampah. Perangkap ini dipasang bertujuan menekan volume sampah yang bermuara atau menuju ke laut. Saat ini melalui Kerjasama ANKAM DLH dengan berkolaborasi bersama komunitas local yang punya kepedulian yang sama memasang dua titik jaring penangkap sampah di kawasan barangka (kalimati), terutama di Kawasan Kelurahan Makassar Timur Kecamatan Ternate Tengah.
CEO Ankam, Fajar Megantara Wiradisastra, mengatakan pemasangan jaring tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil pengamatan dan aksi bersih-bersih yang dilakukan sebulan sebelumnya. Saat itu, meskipun sampah telah dibersihkan pemuda Batu Meja dan nelayan di sekitar Pangkalan 40 Kelurahan Kampung Makassar, keesokan harinya volume sampah kembali ditemukan dalam jumlah yang sama.
“Itu yang menjadi dasar kenapa kita harus memasang jaring, bukan hanya di satu titik. Kita ingin melihat apakah volume sampah yang besar ini berasal dari Kelurahan Makassar Timur, atau dari hulu yang terhubung dengan beberapa kelurahan lain melalui barangka,” kata Fajar kepada Halmaherapedia, Selasa (14/10/2025).
Dua titik yang dipasangi jaring berada di lokasi yang dianggap strategis. Titik pertama terletak di perbatasan antara Kelurahan Kampung Makassar Timur dan Gamalama, tepatnya di belakang Toko Makmur Utama. Lokasi ini kerap dipenuhi sampah. Titik kedua berada di kawasan permukiman kumuh warga di Makassar Timur, yang hingga kini masih tercatat sebagai kawasan kumuh di Kota Ternate.
Menurut Fajar, kedua jaring ini diharapkan mampu menyaring sebagian besar sampah sebelum sampai ke Pangkalan 40, yang selama ini menjadi titik akhir penumpukan sampah dari aliran barangka.
“Karakteristik wilayah kita ini barangka dari hulu ke hilir, dan volume sampah di kalimati cukup banyak. Kami juga sudah berdiskusi dengan Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup, bahwa seluruh ujung barangka yang bermuara ke laut idealnya dipasangi jaring. Tidak cukup satu, mungkin lima atau lebih, asalkan lokasinya memungkinkan untuk pengangkutan dan pembersihan sampah,” ujarnya.
Fajar menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap permasalahan ini, terutama dalam upaya menjaga ekosistem laut dan meningkatkan daya tarik pariwisata.
“Laut kita ini sebenarnya cukup bagus. Jangan sampai tercemar oleh sampah dari darat terus-menerus masuk ke laut. Pemerintah harus tegas dan serius agar ini bisa menjadi nilai tambah bagi wisatawan luar kota maupun mancanegara,” katanya.
Selain itu, dia juga menyoroti pentingnya pendekatan langsung kepada masyarakat yang tinggal di sekitar barangka. Diakuinya sebagian warga Makassar Timur tinggal di atas air dan sebagian sampah memang berasal dari rumah tangga di wilayah tersebut. “Kita tidak menyalahkan masyarakat sepenuhnya, karena mereka sendiri juga mengeluhkan sampah yang datang bukan hanya dari lingkungan mereka. Tapi kalau dibiarkan, membuang sampah ke laut bisa jadi sumber penyakit. Pemerintah harus memprioritaskan sosialisasi dan pendampingan kepada warga yang tinggal di dekat barangka,” pungkasnya.

















