Halmaherapedia— Dampak angin dan gelombang pasang yang menghantam Pulau Ternate dan sekitarnya awal pecan lalu, turut berdampak ke warga kampong nelayan Jambu Kota Ternate Selatan. Warga nelayan di kelurahan ini menerima dampak cukup serius. Tidak hanya tepi pantai Jambula yang rusak parah, fasilitas perahu nelayan juga banyak yang alami kerusakan. Bahkan jalan tepi pantai Jambula juga rusak parah.
Kejadian ini cukup menyengsarakan nelayan dan nelayan setempat. Kejadian ini sebenarnya karena break water atau tembok penahan gelombang yang berfungsi melindungi pesisir pantai dan fasilitas perahu nelayan tak dibangun pemerintah.
Karena masalah ini kemudian warga melakukan aksi protes, kepada pemerintah karena dianggap lalai memerhatikan kepentingan masyarakat terutama nelayan. Aksi Senin (13/10/2025) pagi hingga siang itu melibatkan para pihak di Keluruahan Jambula.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) juga melibatkan pemuda, nelayan, dan warga Kelurahan Jambula menggelar aksi dengan memboikot jalan perbatasan Sasa-Jambula. Aksi ini menyampaikan aspirasi turut menyebabkan kemacetan lalulintas yang melintas di kelurahan tersebut.

Dalam aksi ini tidak hanya warga turun ke jalan, perahu milik nelayan ikut diangkat dan diletakkan di tengah jalan. Mereka juga membawa spanduk bertuliskan protes rhadap pemerintah Provinsi Maluku Utara,
Ada satu tuntutan yang mereka sampaikan yakni meminta pemerintah segera membangun breakwater (pemecah gelombang), swering (penahan ombak), serta perbaikan jalan yang rusak akibat dihantaman ombak. Massa aksi berharap pemerintah provinsi maupun pemerintah kota memberikan perhatian serius terhadap kondisi tersebut.
Warga yang memblokir jalan juga membentangkan spanduk berisi tuntutan mereka. Dua perahu besar yang telah rusak juga diletakkan di badan jalan, sehingga akses penghubung antar kelurahan terhambat. Puluhan personel keamanan ikut diterjunkan ke lokasi mengatur situasi dan mencegah terjadinya ketegangan antarwarga. Hingga siang hari, massa aksi tetap bertahan dan menolak membuka akses jalan sebelum tuntutan mereka ditanggapi.
Ketua Pemuda Jambula Gunawan Idham menyampaikan bahwa warga Jambula adalah masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan. Saat ini masyarakat nelayan menghadapi masalah yang pelik terkait dengan alat tangkap yang rusak dan fasilitas kampong seperti break water yang tidak dibangun pemerintah.Padahal sarana itu sangat penting untuk lindungi kampong dan alat tangkap mereka.

Nah aksi ini merupakan respons atas kerusakan perahu nelayan akibat ombak besar tiga hari sebelumnya. Hal ini membuat banyak nelayan tidak bisa melaut karena kehilangan alat tangkap mereka. “Kami minta perhatian Pemprov untuk membantu pengadaan perahu pengganti,” ujarnya . Saat ini proposal permintaan bantuan dari nelayan sudah disampaikan ke Pemkot, tetapi tidak mendapat respons. Karena itu para nelayan harus mengambil langkah melakukan aksi ini.
“Ini langkah terakhir yang kami harus ambil karena aspirasi kami ini sudah bertahun-tahun tidak direspon pemerintah,” cecarnya. Aspirasi ini sudah disuarakan berulang kali baik kepada kepala daerah maupun DPRD yang lakukan reses. Namun hasilnya tetap nihil.
Aksi ini sekaligus memprotes pemerintah provinsi dan meminta kepada Gubernur Sherly Tjoanda untuk memperhatikan masyarakat nelayan yang ada di Jambula ini.Jika pemerintah tidak menemui dan mendengar aspirasi warga, mereka nekat memblokadde berbai sarana public yang ada di Jambula, seperti Pertamina rutan maupun Lapas. “Kami minta Gubernur datang dan mendengar aspirasi kami,” katanya.
Senada Camat Pulau Ternate, Royandi Nasir menututkan bahwa ini adalah bentuk penyampaian aspirasi masyarakat nelayan. “Tuntutan utama mereka pembangunan breakwater agar tidak ada lagi kerusakan perahu saat gelombang tinggi,” katanya. Selain itu ada tuntutan perbaikan jalan. Camat sendiri mengaku telah berkoordinasi dengan Pemkot agar segera ditindaklanjuti. “Kepastian kelayakan sebagai kampung nelayan juga perlu diperhatikan, mengingat Jambula ditetapkan sebagai kampung nelayan 2024,” katanya.











