Halmaherapedia– Kota Ternate memiliki banyak potensi wisata alam, sejarah dan budaya. Namun dari banyaknya tempat wisata di Pulau ini, Kampung Tua Foramadiahi menawarkan konsep wisata yang berbeda. Kampung di daerah ketinggian Ternate ini menawarkan wisata berbasis kearifan lokal. Warga setempat menyebutnya sebagai Wisata Kampung Tua.
Kawasan wisata ini tak jauh dari pusat kota. Jaraknya dari kota haya kurang lebih 13 kilometer atau kurang lebih 30 menit dari pusat kota. Kawasan wisata kampung tua sendiri terbilang unik. Tempat wisata ini mulai dirintis empat tahun silam atau sejak 2021 . Terutama arsitektur bangunan bergaya tradisional, atap bangunannya menggunakan kayu dan dindingnya berbahan dasar bambu.Letaknya strategis di atas perkampungan awal Ternate. Jika berkunjung ke tempat wisata ini para pengunjung bisa menyaksikan bangunan tradisional Ternate yang dibangun menggunakan bambu. Tidak itu saja pengunjung juga bisa menyaksikan langsung tari tradisi maupun menikmati aneka kuliner tradisional.

Wisata di atas perkampungan ini menjadi salah satu spot foto yang menarik.Tak kalah menarik tempat ini juga menawarkan wisata ziarah makam Sultan Babulah sang pahlawan Nasional asal Ternate.
Pengelola Wisata Kampung Tua Nader Talib, (40) mengatakan wisata kampung tua itu sudah lebih dulu menjadi tempat singgah para pelancong. Meski kawasan ini belum diresmikan Pemerintah Kota Ternate. Para wisatawan tertarik dengan desain wisata yang bergaya tradisional.
“Banyak pengunjung sudah datang ke sini sejak kami buka Agustus lalu,” ujar Nader Kepada Halmaherapedia, Rabu 17 September lalu.
Pria kelahiran Ternate ini mengaku empat tahun lalu, Pemerintah Kota melalui Dinas Pariwisata mulai membangun destinasi itu. Tujuannya sederhana membantu menggerakkan roda ekonomi warga Foramadiahi. Kini, meski tanpa tiket masuk, pengunjung bisa menikmati suasana kampung tua, berfoto di spot-spot yang tersedia, hingga menggunakan atribut tradisional. Biaya yang dikenakan hanya parkir sudah termasuk penggunaan toilet.
“Bayar itu cuman parkir saja. Di sini mau ba foto, bisa. Pakai atribut juga bisa,” kata Nader.
Meski terbilang baru, geliat ekonomi mulai terasa. Bulan lalu, kata Nader, pemasukan pengelolaan wisata kampung Foramadiahi mencapai jutaan rupiah. “Wisata ini sebenarnya belum kami buka penuh. Malam hari, biasanya hanya sampai pukul sembilan. Tapi alhamdulilah pengunjung banyak,”tuturnya.

Selain itu jika pengunjung sepi, dia menutup dagangan lebih cepat. Ia bercerita awalnya, konsep wisata kampung tua tidak dimaksudkan sebagai tempat berjualan. Namun, lantaran permintaan pengunjung, warga lalu mengubah rencana. Hasilnya wisata kampung tua memberikan keuntungan ekonomi yang bagus. Meski ramai, Nader tak menutup mata soal kekurangan fasilitas. Akses jalan gelap saat malam, belum ada penerangan memadai, dan pendopo untuk pengunjung pun belum berdiri. “Masih banyak yang kurang di wisata kampung tua ini. Kami berharap ada penambahan fasilitas,” pintanya.
Bagi Nader, kampung tua bukan sekadar tempat singgah. Ia melihatnya sebagai jalan baru untuk masa depan Foramadiahi dengan sejarah yang terjaga, sekaligus sumber ekonomi bagi warga lokal.














