Halmaherapedia– Senyum sumringah terpancar di wajah Jainudin Daud, pria 54 tahun asal Kelurahan Tarau, Kecamatan Ternate Utara. Setelah sekian lama berjuang melawan penyakit Tuberkulosis (TBC) yang menggerogoti paru-parunya, ia akhirnya bisa bernapas lega. Semua berkat tangan dingin dr. Marthen L. Wattimena, seorang dokter herbal yang dikenal piawai menangani penyakit berat tanpa operasi.
Sejak Desember 2024, Jainudin bolak-balik ke RSUD Chasan Boesoirie Ternate untuk menjalani operasi penyedotan lendir di paru-paru. Dua kali tindakan medis, ditambah enam bulan mengonsumsi obat rumah sakit, tak juga membuahkan hasil maksimal. Harapan hidupnya sempat meredup saat memvonis ada benjolan di paru-paru dan cairan lendir berwarna merah keluar saat proses penyedotan.
“Waktu itu saya sudah hampir putus asa. Keluarga juga sudah siap-siap menerima kenyataan terburuk,” tutur Jainudin saat ditemui Halmaherapedia, Senin malam, Agustus 2025.
Namun, titik terang muncul ketika seorang kerabat mengenalkan Jainudin pada dr. Marthen L. Wattimena, dokter senior yang kini fokus pada pengobatan herbal. Melalui komunikasi jarak jauh, dr. Marthen yang sedang berada di Jakarta menyarankan Jainudin mengonsumsi obat herbal racikan khusus.
“Alhamdulillah setelah minum obat yang direkomendasikan dr. Marthen, badan saya terasa lebih bugar. Padahal sebelumnya saya kurus sekali, orang-orang mengira hidup saya tidak lama lagi. Sekarang bisa jalan keluar, banyak yang kaget,” ujarnya bersyukur.
Obat herbal racikan dr. Marthen ini memang tak murah. Dengan harga Rp3 juta untuk konsumsi dua minggu, Jainudin mengaku hasilnya sepadan. Kini kondisinya jauh lebih baik, dan ia masih rutin memesan obat herbal itu untuk menjaga kesehatannya.
Banyak Pasien Sembuh
Dr. Marthen L. Wattimena bukanlah sosok baru di dunia medis. Pensiunan dokter Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta ini telah menangani ribuan pasien dengan berbagai penyakit berat, mulai dari tumor, TBC, pendarahan otak, hingga gangguan kejiwaan—semuanya tanpa operasi.
Di Maluku Utara saja, ada tiga pasien yang berhasil sembuh berkat pengobatan herbalnya:
Julman Ganguan, penderita gangguan jiwa enam tahun, sembuh dalam 28 hari, Abdilah, anak berusia enam bulan penderita hydrocephalus, sembuh tanpa operasi dna Jainudin Daud, penderita TBC kronis yang kini hidup sehat.
“Kasus penyakit langka yang kami tangani ini memang sulit ditangani di rumah sakit. Tapi alhamdulillah, semua bisa sembuh setelah konsumsi obat herbal yang kami berikan,” ujar dr. Marthen pelan.
Menurut dr. Marthen, ramuan herbal yang diberikannya merupakan kombinasi bahan dari Eropa dan Asia. Semua bahan diimpor, lalu diteliti dan diracik ulang di klinik pribadinya, Klinik International Herbalis Medicine, Saenby Ora Et Labora di Jakarta.
“Obat herbal ini namanya Taki Yau. Khasiatnya luar biasa, dan yang penting tidak ada efek samping,” jelas pria 75 tahun itu.
Sejak pensiun pada 2012, dr. Marthen memutuskan mendedikasikan hidupnya untuk membantu pasien melalui pengobatan herbal. Ribuan pasien di berbagai daerah telah merasakan manfaatnya.
Sebagai putra daerah Maluku Utara, ia bercita-cita mendirikan rumah sakit khusus pengobatan herbal di tanah kelahirannya. “Banyak warga membutuhkan pelayanan ini. Semoga ada perhatian pemerintah agar rumah sakit itu bisa terwujud,” harapnya.
Kini, tubuh Jainudin tak lagi ringkih seperti dulu. Senyumnya tak pernah lepas saat bercerita tentang hari-hari berat yang berhasil ia lewati. Semua berkat ramuan herbal dr. Marthen, yang bukan hanya memulihkan kesehatannya, tapi juga mengembalikan semangat hidupnya.
Bagi dr. Marthen, setiap pasien seperti Jainudin adalah alasan mengapa di usia senjanya ia masih berjuang meracik obat herbal dan merawat mereka yang hampir menyerah pada penyakit. “Selama masih ada yang membutuhkan, saya akan terus menolong,” ujarnya pelan.
Harapan Jainudin untuk hidup sehat dan cita-cita dr. Marthen membangun rumah sakit herbal di Maluku Utara kini berpadu menjadi doa yang sama: agar tak ada lagi pasien yang harus kehilangan harapan hanya karena penyakit. (promosi)















