Morotai Butuh Kapal Khusus untuk Angkut Ikan?

Headline, Morotai61 Dilihat
banner 468x60

Transportasi Jadi Kendala Pengiriman  Ikan ke Luar 

Halmaherapedia– Persoalan serius tengah mengadang produksi perikanan di Morotai dan Maluku Utara umumnya. Terutama dalam penyediaan sarana angkut ketika   ikan akan dikirim antarpulau  seperti pulau Jawa dan daerah tujuan eksport.   Banyaknya produksi ikan dari Morotai, tidak didukung sarana angkutan. Kalau pun ada hanya dalam skala kecil bisa sampai ke daerah tujuan. Ada usulan agar ada kapal khusus pengangkut ikan ke luar dari Morotai.

banner 336x280

Baik ikan tuna loin, demersal maupun pelagis lainnya  ketika diekspor hanya mengharapkan kapal tol laut yang melayari Morotai sekali dalam sebulan.  Padahal potensi yang dimiliki  mestinya tiap bulan ada ratusan ton  ikan bisa dikirim ke luar.

Mayrudin Maende Ketua Koperasi Produsen Lintas Maluku Utara yang bergerak di bidang usaha perikanan di Kabupaten Pulau Morotai  saat meneirma bantuan mobil berpendingin (termoking) Rabu (11/12/2024) dan pengoperasian perdana  Kamis (12/12/2024)  turut menyampaikan keluhan  pengangkutan ikan   dari Morotai.

“Dari Morotai hanya mengandalkan tol laut. Padahal   di sini (Morotai,red) nelayan cukup banyak dengan hasil tangkapan melimpah. Begitu juga  tersediaan cold storage bisa menyimpan sampai 850 ton. Sementara kemampuan mengirimkan ikan hanya 50 ton per bulan. Ini persoalan,” katanya saat ditemui di kantor Bupati Morotai usai pengoperasian perdana termoking.

Dia bilang,   ketersediaan ikan begitu banyak tetapi distribusi hanya 50 ton per bulan atau hanya mengangkut  4 container refeer atau minimal 2.  Pemerintah mendorong  memacu dan memicu nelayan rajin menangkap ikan tetapi terkendala  mengirimkannya. Rantai dingin bagus tetapi sarana  pedukung kapal container tidak  banyak itu jadi masalah.  Karen itu dia  minta pemerintah  memerhatikan  hasil tangkapan yang sudah tersimpan di fasilitas pendingin  bisa bisa lancar terkirim tidak ada yang tertahan.  Ada bahkan ikan yang berada di gudang pendingin tidak bisa terkirim. Ini persoalan utama dan perlu ditangani pemerintah.

Bantuan mobil termoking yang telah dimanfaatkan untuk mengangkut hasil perikanan dari koperasi lintas Malut  ke kontainer Refeer

“Kita sudah sampaikan beberapa kali ke pemerintah terutama BUMN seperti Pelni yang bertanggung jawab terhadap tol laut ini. Tapi  belum juga ada jalan penyelesaian. Pemda juga sudah menyampaikan persoalan ini tetapi juga belum ada solusi. Kita berharap ada kapal pengangkut  regular bisa masuk.  Perlu penambahan  tiap bulan 10 sampai 15 kontainer refeer disediakan tol laut,” harapnya.

Dia menyebutkan, tidak hanya kendala pengangkutan, di tingkat nelayan  juga ada kendala seperti BBM dan es.  Untuk BBM  pertalite   sulit dicari di tingkat nelayan dengan harga  antara Rp15 ribu hingga Rp18 ribu. Memang katanya, informasi  jatah nelayan ada 100 ton per bulan   tetapi  saat ini masih ada kendala didapatkan nelayan. Sementara nelayan sekali melaut bisa menggunakan BBM 50 liter bahkan  mendekati 100 liter untuk nelayan tuna. Belum lagi harus ada oli. Dengan harga  per liter mencapai Rp15 ribu jika nelayan  minim tangkapan, mereka akan kehilangan modal. Karena itu saat melaut lagi akan keteteran modal. “Harapan kita BBM bersubsidi benar benar dirasakan nelayan dalam menjalankan aktivitas menangkap ikan. Tidak ada lagi yang memanfaatkan  untuk keuntungan pribadi,”cecarnya.

Dia turut berharap kepada pemerintah provinsi dan kabupaten Morotai,   daerah ini  punya  potensi perikanan luar biasa terutama pelagis besar dan kecil dan demersal yang berlimpah,  harus didukung dengan menyediakan  sarana prasarananya. “Fasilitas penyimpan ikan sudah memadai tetapi alat angkutan ikan keluar menjadi kendala juga menyulitkan nelayan maupun pengusaha  bidang perikanan,” katanya.

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pulau Morotai Joppy Jutan mengakui kendala yang dihadapi terkait  alat angkutan produksi perikanan dari Morotai ke luar Maluk Utara.  Padahal berbagai  sarana pendukung sudah dibangun  di Morotai.

“Sejak  2023  2024 Morotai mendapatkan bantuan perikanan dari pusat ratusan miliar. Ada SKPT di Daeo, ada PPI di Tiley. Saat ini juga sedang dibangun fasilitas perikanan di Daruba Pantai kurang lebih Rp 9 miliar. Ada cold storage dan mobil berpendingin. Termasuk sarana yang dimiliki beberapa perusahaan swasta di sini. Termoking 6 unit, ada juga milik swasta  totalnya 10 unit. Namun masalah terbesarnya adalah pengangkutan laut.

Terkait  transportasi ini ada kaitan juga dengan Kemenhub.  Karena itu dia menyarankan di Malut ini butuh kapal khusus pengangkutan ikan. Dia contohkan dulu saat  Morotai belum dimekarkan sekali pengiriman ikan sampai 200 ton tetapi sekarang setelah jadi kabupaten kok tidak bisa sebanyak itu. “Masalah terbesar adalah konektivitas,” ujarnya. Dia berharap  segera ada perhatian dan jalan keluar diberikan pemerintah pusat  melaui  Kemenhub RI. (aji/edit)

 

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *