Temuan Kotoran Ikan Tak Biasanya,  Bukti Teluk Weda Tercemar?  

Halmaherapedia- Nelayan Desa Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah (Halteng)  menemukan hasil tangkapan ikan mereka  memiliki kotoran di perut ikan  terbilang tidak seperti biasanya.  Kotoran ikan   yang aneh itu didapat nelayan Desa Sagea  dari  hasil pancing di perairan teluk Weda, Jumat, (31/10) pekan lalu.

Ikan yang dipancing itu adalah jenis kerapu merah. Di dalam perut ikan  tersebut  ditemukan  berisi kotoran atau seperti cacing  seperti pasir besi halus. Warga  belum megaku belum mengketahui secara pasti  benda apa yang ada dalam perut ikan tersebut.

Adanya temuan ini memantik reaksi  Akademisi Fakultas Perikanan Universitas Khairun (Unkhair) Prof. Muhammad Aris. Menurutnya temuan kotoran ikan yang berbentuk seperti logam, menunjukkan hasil riset tercemarnya teluk Weda Halteng telah jelas. Sebab kotoran ikan  secara jelas berbeda dengan biasanya. Bisa dianalisis akibat ikan terkontaminasi limbah tambang di sekitaran teluk Weda Halteng.

“Saya  lihat kotoran ikan ini tidak biasa. Bisa diduga akibat mengonsumsi rantai makanan yang sudah tercemar. Tapi perlu ditelusuri lagi,” tandasnya  Senin  (3/11/2025). Dia bilang  ketika lingkungan tercemar  berat akan berdampak pada ekosistem pesisir laut. Apalagi pencemaran diakibatkan limbah tambang dan bersumber dari aktivitas pembakaran batubara.

“Kalau ekosistem rusak, menyebabkan munculnya  parasit dalam rantai makanan ikan. Ini sudah barang tentu berdampak pada kesehatan ikan. Karena ikan mengonsumsi zat  berbahaya,” jelasnya.

Aris yang banyak meneliti di kawasan pesisir dan pantai di wilayah tambang  itu menyebutkan bahwa temuan nelayan Sagea  ini, menunjukkan bahwa hasil riset bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Malut dan Auriga telah terbukti. Karena dalam riset yang dilakukan tersebut menemukan adanya kandungan logam berat dengan level tinggi pada tubuh ikan.

“Bila ini dibiarkan dan  dikonsumsi  manusia sangat berbahaya. Kasus ini harus jadi peringatan keras bagi Pemerintah. Apa yang selama ini kita takutkan sudah terjadi,,” tegasnya.

Dia mendesak  Pemerintah Pusat (Pempus) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) tidak tinggal diam. Hal ini karena sebagian besar hasil riset telah menemukan  adanya kandungan logam berat yang sangat berbahaya bagi ekosistem laut maupun manusia.  Apalagi jika mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi limbah. “Pempus harus mengambil langkah soal  ini. Aktivitas pertambangan yang berdampak ke wilayah pesisir harus segera dievaluasi pengelolaan lingkungannya,”  desaknya.

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) ini menyebut, bila tidak ada perhatian   yang terukur oleh Pempus. Bakal berdampak serius bagi nyawa manusia. Sama halnya  kasus yang pernah terjadi di Minamata  “Pempus jangan korbankan warga hanya untuk kepentingan bisnis. Kasus ini harus dilihat sebagai sumber masalah bagi warga,” pungkasnya.

Sebelumnya  riset Nexus Foundation menemukan ikan dan darah warga Sagea terpapar logam berat. Temuan kandungan logam berat merkuri dan arsenik dalam ikan di Weda Bay, pada Juni lalu. Hanya sekira enam bulan setelah laporan itu dirilis kini nelayan menemukan lagi ikan yang lambungnya  berbeda dari ikan biasanya.(adil)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *