Halmaherapedia—Pemerintah provinsi Maluku Utara melalui Gubernur Sherly Tjoanda memasang target tinggi menjadikan Maluku Utara terutama beberapa daerah seperti Halmahera Timur sebagai salah satu lumbung pangan di Maluku Utara.
Berbicara saat membuka kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) RPJMD Maluku Utara 2025 -2029 Gamalama Ball Rooom (25/7/2025) lalu, Gubernur Sherly menyampaikan bahwa saat ini Dinas Pertanian Provinsi sedang melakukan uji coba bibit unggul padi di Halmahera Timur. Harapannya November mendatang sudah dilakukan panen padi tersebut. Padi ini katanya, diuji coba di lahan seluas 4 hektar dengan target produksi 10 ton per hektar dari biasanya petani menanam hanya 1 sampai 4 ton per hektar.
Dia bilang lagi, tahun ini pemerintah provinsi akan memberikan benih untuk penanaman tanaman padi di lahan seluas 1500 hektar dengan target produksi 7 sampai 8 ton gabah kering. Wilayah yang menjadi fokus di Subaim di Halmahera Timur, Kao Halmahera utara dan di Wairoro di Halmahera Tengah serta Nusliko di Halmahera Selatan.
Menurutnya, diharapkan daerah ini menjadi lumbung pangan Maluku Utara yang akan disuplai untuk kebutuhan masyarakat.
Meski demikian dia mengakui jika saat ini produksi padi atau beras dari Maluku Utara hanya 10 persen. Sementara produksi terbesarnya adalah dari luar Maluku Utara seperti dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan yang dikonsumsi oleh masyarakat. “Targetnya ke depan kita bisa swasembada beras, sayur mayur dan telur,” katanya.
Mimpi untuk menjadikan wilayah ini sebagai lumbung pangan berbanding terbalik dengan realitas di lapangan. Di Subaim Halmahera Timur misalnya, di tengah maraknya eksploitasi tambang, ikut mengancam lahan lahan produktif warga. Hal ini seperti dialami n sebagian warga di Wasile Halmahera Timur. Contoh paling nyata terjadi pada April 2025 lalu. Air irigasi yang digunakan para petani bersumber dari Sungai Muria, yang berhulu di Daerah Aliran Sungai (DAS) Watowato, kawasan perbukitan yang dikenal sebagai hulu sungai-sungai terbaik di Halmahera Timur, airny keruh dan berwarna kemerahan. air berwarna merah itu bercampur lumpur pekat diduga berasal dari aktivitas tambang nikel di atas Bendungan Opyang, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari area persawahan dan 4,72 kilometer dari permukiman warga.
Di sekitar bendungan, terdapat empat perusahaan tambang nikel, yaitu PT Jaya Abadi Semesta, PT Alam Raya Abadi, PT Indo Bumi Nickel, dan PT Forward Matrix Indonesia. Sementara air irigasi yang digunakan para petani itu bersumber dari Sungai Muria, yang berhulu di Daerah Aliran Sungai (DAS) Watowato.

Sementara di Halmahera Selatan, tepatnya kawasan transmigrasi Nusliku di SP 1 hingga 4 meski punya lahan dan produksi hasil pertanian, tidak didukung infrastruktur seperti jalan yang layak disediakan pemerintah. Warga di daerah transmigrasi ini, menggunakan jalan yang rusak parah dan bertahun tahun tidak diperbaiki. Akhirnya warga kesulitan mendistribusikan hasil panen mereka.(aji)











