Helmaherapedia- Hasil survei Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2022 lalu, menemukan 2 situs bawah laut di perairan Soasio dan Tonguwai Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara. Di Soasio situs bersejarah itu berada di kedalaman 10-20 m dan di Tongowai di kedalaman 38-42m. Temuan artefak ini terutama keramik dari China di masa Dinasti Ming atau pada abad 16 Masehi. Guci yang diduga produksi di Singburi, Thailand, dan meriam Portugis produksi Macao. Selain itu ada juga bangkai kapal yang berada di perairan Soa Sio.
Untuk tindak lanjut temuan bangkai kapal, Badan Pelestarian Kebudayan (BPK) wilayah XXI Maluku Utara berencana melakukan ekskavasi bawah laut untuk menelusuri jejaknya. Ekskavasi jejak bangkai kapal yang diduga milik Cina akan dilaksanakan selama satu minggu mulai Rabu (16 /7/2025) hingga (23/7/2025) mendatang.
Kepala BPK XXI Malut Winarto mengaku, ekskavasi atau penggalian di bawah laut perairan Tidore Kepulauan itu bertujuan mengungkap keberadaan bangkai kapal tua peninggalan sejarah, terutama situs kapal tua dan keramik yang diduga sudah berusia 500 tahun tersebut. “Ini kali pertama mau dilakukan ekskavasi di Malut. Kami berupaya agar cagar budaya bawah laut di Malut bisa diselamatkan,” katanya kepada Halmaherapedia, Senin (14/7).
Dia bilang pasca ekskavasi akan didata temuannya dan menjadi bahan untuk direkomendasikan guna mendorong pelestarian temuan cagar budaya bawah laut yang belum terlestarikan. “Targetnya ke depan kalau bisa bangkai kapal kita angkat dari laut. Supaya ada pelestarian dan menjadi salah satu bukti sejarah maritim,” katanya.
Sementara, Pamong Budaya Muda BPK wilayah XXI Irwansah mengatakan, ekskavasi ini akan melibatkan para staf BPK maupun arkeolog Yogyakarta, Instruktur dari Makassar, dan akademisi Ilmu Kelautan Universitas Khairun (Unkhair). Ekskavasi bawah laut itu akan berlangsung selama seminggu. “Tujuannya mengungkap misteri bangkai kapal dan keramik di perairan Tidore. Ini berdasarkan riset kami selama satu tahun terakhir,” ujarnya.
Dia juga bilang, ekskavasi ini akan lakukan di kedalaman 10 sampai 20 meter. Usai eskavasi akan dikeluarkan rekomendasi untuk pelestarian cagar budaya bawah laut. “Ini titik awal kami dorong pelestarian cagar budaya,” jelasnya. Bangkai kapal yang karam di Soa Sio Tikep itu diduga bagian dari kapal milik China. Namun dugaan ini bersifat sementara lantaran belum ada bukti kuat. “Pembuktiannya setelah ada penggalian dan analisis hasilnya,” tutupnya. (aji/editor)