Halmaherapedia— Nasib petani di Maluku Utara tidak baik baik saja. Kualitas kehidupan petani dari waktu ke waktu terus mengalami tekanan seiring naiknya harga berbagai kebutuhan pokok. Hal ini tidak berbanding dengan harga-harga produk petani yang berimplikasi pada pendapatan mereka.
Data terbaru dirilis Balai Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara pada Senin (2/9/204) terkait nilai tukar petani alami penurunan. Ir. Nurhidayat Maskat, M.Si Plt Kepala BPS Provinsi Maluku Utara dalam rilisnya menjelaskan, Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) menunjukan kondisi yang memprihatinkan.
Dijelaskan, NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Data per Juli 2024, menunjukan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku Utara sebesar 103,68 atau mengalami penurunan 1,03 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni pada Juni 2024 yakni sebesar 104,76. Sementara untuk Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Maluku Utara sebesar 121,44 persen pada bulan Juli 2024 atau mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen dibanding IKRT bulan sebelumnya Juni 2024 yang sebesar 121,24.
Begitu juga dengan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku Utara pada Juli 2024 sebesar 108,50 atau mengalami penurunan 0,91 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya (Juni 2024) yakni sebesar 109,51.
Nilai NTP pada Mei 2024 sebesar 102,92 juga alami penurunan 1,19 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya (April 2024) sebesar 104,16.Sementara Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Maluku Utara sebesar 120,81 persen pada bulan Mei 2024 atau mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen dibanding IKRT bulan sebelumnya (April 2024) yang sebesar 120,07. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku Utara pada bulan Mei 2024 sebesar 107,25 atau mengalami penurunan 0,66 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya (April 2024) yang sebesar 107,96.
Terkait jumlah rumah tangga petani berdasarkan data- data yang disajikan BPS pada Desember 2023 menunjukan jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Provinsi Maluku Utara mencapai 145.204 rumah tangga.
Sesuai hasil sensus pertanian tahun 2-23 terjadi kenaikan jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) dan penurunan jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023 (ST2023) dibandingkan hasil ST2013 Provinsi Maluku Utara.
Jumlah usaha pertanian hasil ST2023 di Provinsi Maluku Utara sebanyak 153.864 unit terdiri atas 153.790 Usaha Pertanian Perorangan (UTP), 23 Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB), dan 51 Usaha Pertanian Lainnya (UTL).
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Ternate Dr Chairul Amin mengatakan, ada hal yang perlu ditelusuri lebih jauh soal ini. Pasalnya satu sisi NTP petani menurun namun sisi lain indeks konsumsi RT naik.
Pertanyaan nya konsumsi kelompok RT yang mana yang naik. Pastinya bukan konsumsi kelompok RT petani. Diasumsikan yang naik konsumsi kelompok pekerja industri. Kalau ini yang naik itu mengindikasikan tingkat ketimpangan pendapatan meningkat (rasio gini naik).
“Fenomena ini memang biasa terjadi dalam transisi menuju masyarakat urban,” katanya.
Khusus untuk pola konsumsi masyarakat sekitar wilayah industri tambang peredaran uang yang besar justru tidak dinikmati juga oleh petani. Ada problem di pola distribusi kue ekonomi yang besar itu.(aji/edit)