Setiap Malam Diburu untuk Dikonsumsi
Kus kus mata biru salah satu kekayaan satwa endemic Ternate yang keberadaanya semakin langka, benar benar dalam bahaya.
Hampir setiap malam hewan khas Pulau Ternate ini diburu untuk dikonsumsi dagingnya oleh orang orang tidak bertanggung jawab.
Buktinya Minggu (30/6/2024) malam sekira pukul 00.00 WIT 5 warga yang diketahui berasal dari Halmahera Barat menembaki puluhan ekor kus kus mata biru di kawasan pulau Tareba. Dari jumlah satwa yang ditembaki tiga ekor diantarnya mati dan dibawa pulang.
Aksi para pemburu ini diketahui anggota komunitas pulau Tareba dan warga sehingga akhirnya para pelaku diamankan walau akhirnya mereka kemudian dilepas
Junaidi Abas Ketua komunita Pulau Tareba dihubungi Senin (30/6/202) malam, menjelaskan para pemburu kus kus mata biru itu setelah diinterogasi berasal dari Halmahera Barat tepatnya dari Kecamatan ibu Tabaru. Keberadaan mereka di Ternate adalah sebaga pekerja di salah satu toko kelontong di Kota Ternate. Mereka ini terdiri dari lima orang. Kelimanya adalah, Obi, Vebi serta ada 3 rekan mereka yang tidak sempat diidentifikasi oleh anggota komunitas yang melakukan tangkap tangan dalam aksi perburuan itu.
“Tiga orang itu kami tidak sempat tanyakan namanya. Mereka diamankan tepat sekira pukul 00:00 Wit atau jam 12 malam. Mereka diamankan di area danau Danau Tolire Kecil Kelurahan Takome.
Saat diinterogasi mereka ini berburu kus-kus mata biru itu yang saat ini menjadi maskot Kota Ternate.
“Ketika saya mendapat laporan dari pemuda bahwa ada yang menembak kus-kus, segera saya ke lokasi di mana para pemburu berada,” jelas Junaidi.
Ternyata benar saja para pemburu itu telah melakukan aksi menmbaki kus-kus mata biru beberapa puluh ekor. Kami hampiri dan teemukan sudah ada 3 ekor kus-kus mata biru yang mati terbunuh karena ditembak. “Kami sangat sesalkan kejadian ini. Saat itu ebenarnya para pemuda dan anggota komunitas ini main hakim sendiri mengambil tindakan secara hokum. Namun karena tdak memiliki dasar aturan atau regulasi yang yag menjadi dasar mereka dijerat sehingga tidak bisa berbuat apa apa. “Hal ini sudah terjadi berulang kali tetapi karena tidak punya dasar hokum yang bisa jadikan pegangan akhirnya perburuan ini berulang tetapi tidak bisa ditindak Kami resah dan marah atas kejadian ini. Karena sangat merusak, menghabiskan, dan mengancurkan keberadaan satwa yang dilindungi.
Hal ini bahkan sudah berulangkali terutama di kelurahan Takome Kota Ternate. Ketika warga atau komunitas mendapatan kasus seperti ini kami hanya mencegah melakukan penahanan alat atau senjata yang di pakai untuk berburu. Kami tidak punya dasar regulasi terkait tindakan yang bisa menjerat mereka. Karena itu harapan kami ini menjadi peran penting pihak terkait terutama Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA ) bersama pemerintah Kota Ternate segera mengambil langkah. Tujuannya tidak ada ada lagi kejadian seperti ini berulang.
“Kami dari komunitas hanya membantu melakukan pencegehan saja. Semoga pemerintah, BKSDA, dan komunitas terkait mengatasi perburuan satwa liar ini.
Bagi kami kus kus mata biru yang menjadi hewan endemic Pulau Ternate ini benar benar berada dalam bahaya. Hewan nocturnal ini setiap malam diburu untuk dimakan orang orng yang tidak bertanggungjawab.
Soal kasus ini Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) BKSDA Ternate Abas khurasan dikonfirmasi mengaku sudah menerima mendapatkan laporan tersebut. Sayangnya mereka terkesan lamban mengambil sikap menindak tegas aksi perburuan yang mematikan satwa endemic Ternate tersebut. “Kami juga baru pulang dari Ambon sementara staf kami juga ada yang baru balik dari lapanngan sehingga sejauh ini kami belum mengambil langkah apa apa,” kilah Abas dihubungi Senin (30/6/2024) malam tadi.
Terkait kinerja BKSDA ini baik komunitas maupun beberapa pegiatn konservasi kus kus mata biru eminta kepada BKSDA lebih meningkatkan kinerjanya mengingat apa yang terjadi di Pulau Tareba ini sudah berulangkali.
Sekadar diketahui belum cukup dua bulan ini, sudah diamankan pelaku dalam dua kali perburuan hewan yang sama. Dari pelakunya selalu dibiarkan berkeliaran tanpa ada proses yang membuat mereka jera.
“Ini sudah kali kedua aksi ini, kami berharap BKSDA tidak tinggal diam dengan masalah serius ini,” harap Abdul Kadir Arif Pembina Aspiring Geopark Ternate.(aji)