Nelayan dan Suplier Tuna di Morotai Was-was

Headline130 Dilihat
banner 468x60

Distribusi  Terkendala, Es juga Bermasalah

Halmaherapedia- Di Morotai saat ini memasuki puncak kelimpahan produksi ikan tuna.  Dalam kondisi itu, para nelayan, supplier, koperasi dan pemerintah daerah merasa was was. Hal ini karena Morotai terbilang memiliki keterbatasan infrastruktur untuk bisa mengatasi over produksi tersebut, jangan sampai tangkapan nelayan menjadi rusak.

banner 336x280

Kepala Dinas Perikanan Morotai Jopy Jutan dihubungi Halmaherapedia.com Selasa (21/5/2024) mengatakan,  pihaknya sedang menggelar rapat bersama  semua suplier tuna Morotai, Manager PT HS, Manager SKPT Morotai, Ketua Koperasi Nelayan Tuna Pasifik untuk membahas persoalan ini.

 

“Agenda rapat terkait antisipasi anomali puncak kelimpahan tuna di Morotai. Termasuk didalamnya membahas rencana kedatangan kapal pengangkut ikan untuk di bawa ke Bitung,” jelas Joppy.

 

Intinya kata dia  simpul permasalahan yang dihadapi para nelayan dan pemangku kepentingan di bidang perikanan di Morotai  adalah distribusi dan pengangkutan ikan ke luar Morotai.

“Masalah kami di sini adalah distribusi pengangkutan ikan keluar Morotai masih sulit. Tol laut hanya 1 kali dalam sebulan.Itupun hanya terbatas 3 Teus. Eksport lewat Tobelo pun masih terkendala kapasitas angkut kapal Feri penyeberangan,” katanya.

Tidak itu saja  fasilitas prosesing tuna dengan bak chiling terbatas hanya 600 ekor size 20-30 kg atau 400 ekoran size 30 up.

Di Morotai saat ini ikan tuna yang landing per harinya  hingga mencapai 800 ekor dengan ukuran rata rata 30 sampai 40 kilogram ke atas.

Ini katanya anomali melimpah ikan yang terjadi kemarin. “Per hari ikan yang ditangkap mencapai 800 ekor   dengan size rata-rata  sebesar 30-40 kg up,”katanya.

Di sisi lain pihak perusahaan lain seperti PT. Charlie Morotai Cemerlang dan Koperasi Nelayan Tuna Pasifik tidak melakukan pembelian ikan tuna. Di saat yang sama Kapal angkut ke Manado pun sedang docking.

Selain itu juga yang menjadi masalah paling krusial adalah  masalah ketersediaan es yang masih sangat minim.  Tidak sebanding dengan jumlah ikan mendarat. Es yang tersedia di PT. HS juga dipakai untuk prosesing tuna saat chilling di bak UPI mereka.

Karena es terbatas itu, maka ikan sulit dipasarkan jarak jauh. Es juga dibutuhkan untuk nelayan saat melaut. Saat berlimpah ikan, nelayan melaut dengan es seadanya sehingga mutu ikan menjadi menurun.

“Hal lain perlu saya tambahkan bahwa serapan pasar global juga saat ini masih menjadi masalah, sehingga beberapa pihak pembeli di Morotai pun masih belum membeli ikan tuna untuk sementara,”keluhnya.(aji/red)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *