Sekolah Garuda, mengungkit kesadaran bangsa petarung

Bondowoso, 09/10 (ANTARA)- Sekolah Garuda yang digagas Presiden Prabowo Subianto mengingatkan kita pada pernyataan seorang Indonesianis asal Korea Selatan, Prof Koh Young Hun, yang menyebut bangsa Indonesia adalah Garuda, bukan emprit.

Sekolah Garuda adalah mimpi besar sekaligus ambisi kolektif bangsa Indonesia yang diserap, kemudian direalisasikan oleh pemerintah melalui pendidikan formal khusus yang berangkat dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden Prabowo Subianto. Sekolah ini diperkenalkan kepada seluruh masyarakat secara serentak di 16 titik pada Rabu (8/10/2025).

Sebagaimana pernyataan Prof Koh, Garuda adalah burung berkelas nomor wahid, dengan kemampuan terbang tinggi dan memiliki daya jelajah jauh melintasi angkasa.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menggambarkan bahwa Sekolah Garuda didirikan untuk menghasilkan generasi petarung kelas dunia. Sekolah Garuda tidak untuk mencetak sumber daya manusia yang hanya berani bersaing dengan sesama bangsa sendiri.

Karena itu, alumnus Sekolah Garuda, nantinya disiapkan untuk bisa melanjutkan pendidikan tinggi berkualitas dunia, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Untuk menjadi generasi petarung, ada tiga sifat utama yang diingatkan oleh Brian kepada para siswa di Sekolah Garuda, yaitu keinginan yang kuat, tekun dalam mengusahakan sesuatu, dan gigih untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan.

Berbekal tiga sifat utama itu, generasi yang ditempa di Sekolah Garuda, bukan sekadar menguasai ilmu pengetahuan dari sekolah, melainkan juga memiliki mental baja, dengan mimpi besar untuk masa depan bangsa. Mimpi itu digerakkan oleh ikhtiar yang kuat, ketekunan dalam berusaha, dan sifat yang gigih.

Dengan mental petarung, generasi muda yang mencelupkan diri di Sekolah Garuda, tidak boleh mengenal kata menyerah. Kegagalan tidak dimaknai sebagai akhir dari satu usaha, melainkan jalan dan proses untuk menguatkan mental guna meraih asa tinggi di angkasa.

Kalau saat ini populer istilah mental stroberi yang disematkan bagi generasi Z atau GenZ, hal itu tidak akan berlaku bagi warga Sekolah Garuda.

Sekolah Garuda bukan hanya mendidik anak-anak muda yang mampu bertarung dengan negara lain. Hal yang lebih utama dari semua itu adalah diawali pertarungan dengan diri sendiri agar tidak terjebak dalam buaian jiwa yang rapuh, sebagaimana tampilan dari buah stroberi. Buah berwarna merah itu tampak indah dan menawan dari luar, tapi dalamnya rapuh dan mudah membusuk.

Generasi muda yang dididik di Sekolah Garuda harus menjadi sosok yang “menggoda” di tampilan luar, sekaligus indah di bagian terdalam.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menilai Sekolah Garuda merupakan tempat untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa melalui kurikulum yang lebih spesifik.

Karena itu, Sekolah Garuda disebut sebagai pendidikan yang transformatif, dengan fokus pembelajaran pada bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM). Pemokusan itu dimaksudkan untuk melahirkan generasi yang siap menghadapi berbagai model tantangan, termasuk dalam transformasi digital.

Sekolah dengan model asrama dan ditunjang oleh fasilitas modern ini dirancang untuk mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Harapannya, mereka menjadi penggerak dalam usaha bersama memutus rantai kemiskinan serta menyiapkan generasi unggul Indonesia Emas 2045.

Sekolah Garuda juga melengkapi program lainnya dari pemerintah, dengan semangat memberi kesempatan meraih pendidikan berkualitas bagi semua kelompok masyarakat, seperti Sekolah Rakyat dan program beasiswa untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu.

Guru khusus

Untuk mendidik generasi unggul di masa depan, Sekolah Garuda harus dikelola oleh guru-guru khusus dengan standar kualitas paripurna, baik intelektual maupun mental.

Guru-guru yang bertugas mengajar di Sekolah Garuda, bukan hanya mereka yang secara keilmuan mumpuni, melainkan juga mempertimbangkan kecakapan jiwanya untuk mendampingi anak didik secara tulus dan penuh dedikasi. Para guru di sekolah itu juga memiliki mental petarung yang pengalamannya dapat ditransformasikan kepada para siswa.

Karena Sekolah Garuda menyiapkan generasi tangguh, maka keberadaan guru bimbingan konseling (BK) menjadi sangat penting, dengan kualifikasi yang juga mempertimbangkan banyak aspek, terutama terkait komitmen menjalankan tugas pendampingan total terhadap para siswa.

Jika perlu, Sekolah Garuda juga dilengkapi dengan tenaga psikolog yang kompeten untuk menangani masalah-masalah siswa yang mengemuka. Bahkan, sekolah itu juga bisa dilengkapi dengan tenaga psikologi yang non-konvensional, seperti praktisi hipnoterapi, yang memiliki latar belakang pendidikan akademik tinggi.

Selain itu, semua guru di Sekolah Garuda harus memiliki kemampuan di bidang ke-BK-an, sehingga pendampingan terhadap kemajuan belajar dan mental para siswa berjalan optimal.

Hal yang tidak kalah penting, semua insan sekolah, mulai dari kepala, hingga penjaga dan petugas kebersihan di Sekolah Garuda direkrut dengan standar kualitas tertentu. Dengan demikian, semua pihak, sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing mampu menghadirkan iklim yang mendukung untuk menelorkan generasi berkualitas.

Sebagai lembaga pendidikan transformatif  yang di dalamnya penuh dengan budaya kreatif dan inovatif, keberadaan Sekolah Garuda ini harus menjadi sekolah impian ideal di Indonesia.

Kalau saat ini Sekolah Garuda masih menjadi semacam laboratorium, kelak, seluruh lembaga pendidikan di negara kita harus memiliki kualitas yang sama dengan Sekolah Garuda. Semua lembaga pendidikan di Indonesia layak menjadi Sekolah Garuda.


Oleh Masuki M. Astro

Editor : Dadan Ramdani

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *