Halmaherapedia- Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier mengunjungi Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara (Malut). Kunjungan Duta Besar Australia ini dipusatkan di Desa Tiley Pantai, Selasa (21/10/2025).
Dalam kunjungan ini Duta besar Australia tersebut berdialog langsung dengan para anggota Sekolah Perempuan dan pengelola Pos Pengaduan dari sembilan desa yakni Tiley Pantai, Waringin, Galo-Galo, Usbar Pantai, Tiley Pusu, Tutuhu, Kolorai, Pilowo, dan Raja.
Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian perjalanan Duta Besar ke wilayah timur Indonesia, termasuk Morotai dan Ternate, dengan fokus melihat langsung inisiatif berbasis komunitas yang memperkuat kepemimpinan perempuan di daerah.
Dubes Brazier saat dialog bersama Sekolah Perempuan dan pengelola Pos Pengaduan mengapresiasi langkah warga lokal yang mendorong perlindungan perempuan dan anak.
“Saya sangat senang bisa bertemu dengan ibu-ibu hebat dari Sekolah Perempuan, Tim LBH PA Morotai, Institut KAPAL Perempuan, dan juga pemerintah daerah. Saya bangga karena Australia bisa mendukung dan bekerjasama dengan inisiatif masyarakat lokal yang memperkuat perlindungan perempuan dan anak, serta mendorong kepemimpinan perempuan desa menuju pembangunan yang inklusif bagi semua,” ungkapnya dalam sesi diskusi itu.
Sementara itu Direktur Lembaga Bantuan Hukum Perempuan dan Anak (LBH PA) Morotai, Djuniar menjelaskan lembaganya memprioritaskan isu kekerasan terhadap perempuan dan anak karena banyak korban tidak dapat mengakses layanan akibat keterbatasan geografis, transportasi, serta minimnya infrastruktur layanan di pulau-pulau kecil.
“ Karena itu Pos Pengaduan Sekolah Perempuan hadir menjawab kebutuhan tersebut, dan telah dipercaya masyarakat untuk menangani berbagai permasalahan mulai dari konflik keluarga, masalah warisan, hingga persoalan lingkungan seperti pohon tumbang,” tuturnya.
Terpisah Direktur Eksekutif Institut KAPAL Perempuan, Budhis Utami menambahkan perhatian terhadap perempuan di wilayah kepulauan harus menjadi prioritas, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) seperti Morotai. Sebab akses terhadap layanan dasar, pendidikan, kesehatan, serta penguatan ekonomi dan ketahanan terhadap perubahan iklim perlu diperkuat.
“Untuk itu bagi kami Sekolah Perempuan adalah model pendidikan yang memungkinkan perempuan memahami persoalan di komunitas dan mencari solusi yang tepat,” pungkasnya.(adil)











