HAJAT 775: Menuju  Ternaisans  (Ternate  Lahir  Kembali) 

Opini dan Sastra104 Dilihat

Hari Jadi Ternate ke-775 yang jatuh pada 29 Desember 2025, sebaiknya tidak sekadar upacara seremonial. Alhasil kegiatan yang diselenggarakan   Pemkot Ternate tanpa dirasakan manfaatnya oleh warga Ternate. Hari jadi Ternate setiap tahun berlalu begitu saja tanpa membekas sedikit pun bagi warga Ternate.

Sudah saatnya Pemkot Ternate memiliki program jangka panjang pada momentum Hajat ke 775. Penulis memberikan saran dalam  bentuk  gagasan dan rencana aksi yang bisa dipakai untuk mengembalikan nama besar Ternate dikancah nasional dan internasiona. Penulis melalui kontemplasi yang panjang menemukan frasa Ternaisans yang memiliki arti Ternate Lahir Kembali.

Gagasan dan Gerakan Menuju Ternaisans  نَحْوَ تِرْنَايْسَانْس sesungguhnya telah ada pada DNA Warga Ternate dan sejarah besar bangsa Ternate. Tulisan ini hanya memantik kembali apa yang telah dialami bangsa Eropa pada era kegelapan kemudian bangkit dengan semangat Renaisans yang berarti “kelahiran kembali” Rencana aksi visi Ternate lahir Kembali adalah upaya menjembatani sejarah besar Ternate yang saat ini terputus dengan membuka kembali fondasi bangsa Ternate  dengan penggabungan IPTEK dan IMTAQ tanpa melupakan kebudayaan Adat Seatorang di Ternate.

Membuka diri pada kreativitas dan inovasi, sudah saatnya torang kembali ke sumber cahaya, melahirkan kembali  adat se atorang,  kembali ke adab dan ilmu pengetahuan. Adab dan ilmu pengetahuan adalah sumber kebenaran.

Ternate besar hanya dengan itu, ada manusia yang Tuhan berikan pada mereka cahaya. Merekalah sang pencerah dan mata air kehidupan Ternate yang memiliki sumber kebenaran.Orang-orang yang senantiasa diberkahi sumber cahaya itu, yang mungkin selama ini belum ditempatkan di tempat yang semestinya. Bahkan belum dipedulikan secara serius oleh kita semua anak cucu Ternate terutama pemerintah daerah dan nasional.

Merekalah para khalifah di  Pangaji, para guru,  dosen, cendekiawan, ulama,  peneliti dan masih banyak lagi para pemegang cahaya yang sering kita lupakan. Sebagai bagian dari warga Ternate, kita semua  mempunyai tanggung jawab yang sama untuk bersama sama ikut menjaga  dan memberikan sumbangsih gagasan dan aksi   yang lebih baik sesuai   kemampuan tanpa paksaan karena memang cinta lahir tanpa paksaan.

Kesempatan yang baik ini saya mengajukan sebuah Gagasan dan Gerakan yang diberi nama “ Menuju Ternaisans” sebuah gagasan dan rencana aksi untuk mengembalikan kejayaan Ternate. Ternaisans memiliki arti Ternate Lahir Kembali. Basis atau fondasi dari Ternaisans adalah kekuatan adab dan ilmu pengetahuan yang memang telah dimiliki warga Ternate di dalam DNA-nya. Berlandaskan adat se atorang dari Ternate karena ilmu pengetahuan tanpa adat atau moral hanya akan membawa malapetaka.

Mari kita lihat beberapa fakta atau argument dari gagasan Menuju Ternaisans.

Pertama, Episentrum Peradaban Dunia

Sudah saatnya Ternate  menghubungkan diri kembali pada geosains bukan hanya geopolitik karena geopolitik akan sangat lemah tanpa fondasi geosains. Bangsa Ternate telah berinteraksi dengan peradaban dunia. Ternate menjadi wilayah surganya ilmuwan dunia fakta tak terbantahkan Letter From Ternate yang ditulis  oleh Alfred Russel Wallace menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Ilmuwan seperti  Charles Darwin menerima surat dari Alfred Russel Wallace dari Ternate kemudian mengembangkan teorinya. Ternate bahkan menjadi titik nol jalur rempah (spice route) Ternate telah menjadi tempat peradaban dunia. Buya Hamka pernah datang ke negeri ini untuk menimba ilmu.

Sudah saatnya Ternate lahir kembali sebagai episentrum peradaban dunia  dengan kembali menghidupkan institusi Pangaji. Kalau di Sumatera ada Surau melahirkan orang-orang besar maka di Ternate ada Pangaji. Dia tidak hanya mempelajari agama tapi para khalifah dulu memberikan berbagai macam ilmu seni dan ilmu pengetahua dan Liternate (Literasi Ternate). Melahirkan kembali fokus kita pada jati  diri sesungguhnya branding Ternate sebagai pusat peradaban dunia dengan mengembalikan marwah lembaga ilmu pengetahuan yang sangat dijunjung tinggi para leluhur Ternate.

 Kedua,  King Of Ocean (Kapita Laut)

Bangsa Ternate  adalah bangsa  pelaut. Ternate dikelilingi  lautan  bisa menjadi anugerah atau bisa sebaliknya menghancurkan kita, jika laut diabaikan bahkan dikotori.

Para pendahulu Ternate  menjaga laut sebagai bagian dari mereka bahkan sudah seperti keluarga yang tak terpisahkan. Para Sultan dan Kapita membelah samudera untuk mempertahankan dan menyebarkan kebenaran. Jati diri dan identitas ini harus lahir kembali sebagai penguasa maritime.

Ketiga, History Of Ternate

Sultan Babullah Penguasa 72 Negeri bukan dongeng, Bangsa Ternate  adalah Bangsa dengan sejarah yang besar. Melupakan dan mematikan sejarah kebesaran Ternate adalah kesalahan besar yang akan merugikan generasi dan bangsa. Ternate sebagai negeri para raja memiliki nilai patriotisme yang tinggi. Nilai nilai kepahlawanan inilah yang membuat Sultan Babullah layak dianugerahi  negara sebagai pahlawan nasional.

Kita harus kembali melahirkan sejarah kebesaran Ternate utamanya para pahlawan  yang berhasil mengusir penjajah pertama kali di Nusantara.

Keempat, Spiritual Power

Negeri Ternate adalah negeri Karamat. Pulau ini dikelilingi  para auliya dan orang-orang sholeh yang menyebarkan Islam dengan kasih sayang  dan perdamaian. Ilmu pengetahuan ditempatkan di tempat yang sangat tinggi  bahkan proses pemberian ilmu  melalui ritual yang sakral hal ini menjadi symbol dan makna ketinggian penghormatan pada ilmu pengetahuan.

Ekspansi Ternate ke berbagai wilayah sampai  luar negeri bukan dengan maksud penjajahan melainkan  syiar perdamaian. Semua itu dilakukan bukan dengan otak dan hati yang kosong.Semua dibekali  spiritual power dan intellectual power yang kokoh.

Ternate harus lahir kembali sebagai penggerak gerakan dakwah dunia yang rahmatan lil alamin dengan fondasi adab dan ilmu pengetahuan.

Kelima, Natural Resources ( Sumber Daya Alam)

Sejarah tak terbantahkan bahwa kekayaan alam Ternate pernah menjadi incaran dunia. Rempah-Rempah pada waktu itu setara dengan emas bahkan melebihi emas. Tapi apakah branding Ternate hanya sekedar kota rempah rempah? Saya fikir tidak, Ternate tidak sekecil itu hanya karena sejarah mempunyai sumber daya alam rempah yang bersifat komersil kemudian didatangi bangsa luar  dan menjulukinya  hanya sebagai kota rempah.

 

Jangan- jangan rempah rempah Ternate  telah mati bahkan sulit ditemui membersamai kehidupan warga. Justru rempah   yang dimiliki saat ini adalah hasil import dari luar wilayah Ternate. Sekali lagi ini hipotesa yang saya ajukan. Branding sebuah kota adalah identitas yang benar benar hidup di tengah masyarakat. Baik pada masa lampau,  masa sekarang dan masa akan datang. Itulah branding yang sesungguhnya. Bagi saya tidak tepat mem-branding Ternate hanya sebagai kota rempah.  Ternate lebih besar dari itu. Dia  adalah episentrum atau pusat peradaban dunia yang ditopang oleh berbagai macam faktor   di atas. Salah satunya kekayaan rempah masa lalu.

Torang adalah Water :Warga Ternate  yang harapannya bisa menjadi Mata Air yang dapat memberikan manfaat untuk sesama.

Selamat hari jadi Ternate ke 775, Suba Jou

Penulis:

M.Rusdy Namsa

Warga Ternate (Water) dan  Dosen Ilmu Pemerintahan  Universitas Muhammdiyah Maluku Utara

 

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *