Halmaherapedia– Arababu alat musik tradisional asal Ternate, Maluku Utara yang dimainkan dengan cara digesek coba dihidupkan lagi. Instrumen musik gesek yang merupakan kelompok alat musik golongan Chordophone ini sumber bunyi dari instrumen musiknya, dari dawai atau senar. Alat musik gesek biasanya akan menghasilkan suatu bunyi yang melodis jika terjadi gesekan antara dawai (senar) dan busurnya (bow).
Jika Rebab memiliki dua atau tiga senar, lain dengan Arababu yang hanya memiliki satu senar saja. Ukuran fisik Arababu juga cenderung lebih kecil dibandingkan dengan Rebab. Arababu berbentuk seperti busur dengan batang badan yang menjadi pegangan pemain terbuat dari bambu. Sementara tabung resonansi dari Arababu terbuat dari setengah tempurung kelapa. Arababu memiliki dawai yang terbuat dari serat pohon pisang Hote. Alat geseknya terbuat dari bamboo dan serat pohon pisang Hote.
Alat music ini perlahan mulai tergusur zaman. Sudah jarang terdengar dimainkan kecuali hanya dalam acara dan kegiatan tertentu. Karena masalah ini dilakukan pemutaran karya musik tradisi “Arababu Madadi” yang dilaksanakan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Provinsi Maluku utara, melalui Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan.
Kegiata ini berlangsung di Kawasan Cagar Budaya Benteng Oranje, Sabtu malam (08/11/25). Penampilan ini, menjadi momentum penting melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya Maluku Utara.
Hasan Ali, program manager sekaligus seniman yang memimpin pertunjukan menjelaskan, latar belakang budaya alat tersebut yakni “Arababu awalnya berasal dari Timur Tengah. Disebut juga awan putih karena suaranya yang sahdu dan tenang. Alat ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia, namun satu-satunya yang masih diproduksi secara tradisional di Indonesia adalah Arababu Ternate.
“Kami merangkai, merakit, hingga memainkan Arababu dengan bantuan maestro lokal. Dari membakar tempurung, melubangi, dan menyusun senar, pekerjaan yang rumit namun menghasilkan bunyi yang khas,” kata Hasan.
Pemutaran karya “Arababu Madadi” ini diharapkan dapat membawa inspirasi bagi semua pihak untuk semakin mencintai dan merawat identitas budaya Maluku Utara.
Iwuilani mewakili Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Provinsi Maluku Utara, menjelaskan bahwa status Arababu sebagai warisan budaya tak benda asal Ternate telah ditetapkan secara nasional. “Alat musik ini merupakan bentuk pelestarian budaya yang harus kita jaga bersama,” katanya. Mengenai dukungan pemerintah, melalui program fasilitasi pemajuan Kebudayaan tahun 2025, Balai menerima alokasi tambahan anggaran sekitar Rp. 1,2 miliar.
“Dana ini memungkinkan mendukung 30 komunitas dan perseorangan, termasuk 25 kelompok di Kota Ternate mengembalikan kegiatan budaya yang mulai terancam punah,” jelasnya.

Pemprov Malut diwakili Staf Ahli Gubernur Bidang Politik, Hukum, dan Pemerintahan, Fachrudin Tukuboya menekankan pentingnya pelestarian musik tradisional. Program fasilitasi kebudayaan ini merupakan upaya nyata pemerintah memperkuat identitas nasional melalui warisan lokal.
“Kami berharap pertunjukan Arababu Madadi dapat menjadi contoh kolaborasi pemerintah, Seniman, dan akademisi,” katanya
Dia berharap kegiatan semacam ini terus berlanjut sebagai sarana memperkuat identitas budaya, mendukung ekonomi kreatif, dan mempererat hubungan pemerintah, seniman, serta generasi muda. Pemprov juga mendukung penuh karya seni tradisional yang diperlukan generasi muda, seperti penampilan “Arababu Madadi” yang diprakarsai Atta dan timnya itu
Dia juga mengimbau kepada kota- kota lain di Maluku Utara meniru model pembinaan yang telah diterapkan di Ternate, sehingga potensi budaya lokal lebih dapat dioptimalkan.
Sekda Kota Ternate, Dr. Rizal Marsaoly saat melaunching acara berharap kolaborasi antara pemerintah, komunitas seniman,dan institusi akademik dapat terus berlanjut, termasuk pencatatan nilai filosofis karya tradisional dalam publikasi ilmiah.
Selain itu komitmen pemerintah daerah untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya, serta mengajak semua pihak berpartisipasi dalam upaya pelestarian musik tradisional, baik murni, maupun kolaborasi dengan genre modern.(aji)









