Jayapura, 31/8 (ANTARA) – Sekolah kampung adalah salah satu sekolah non-formal di Kota Jayapura, Papua. Sekolah ini mengajarkan anak-anak tentang berbagai hal yang berbasis kearifan lokal. Sekolah kampung lahir dari Kampung Kayu Batu. Sekolah ini diluncurkan Wali Kota Jayapura Abisai Rollo, pada 21 Juni 2025.
Sekolah kampung bagi masyarakat adat Port Numbay, julukan Kota Jayapura, merupakan bagian dari implementasi Peraturan Daerah (Perda) Kota Jayapura Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pemajuan Kebudayaan Daerah Kota Jayapura, yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Dalam Perda Kota Jayapura Nomor 15 Tahun 2022 tersebut disebutkan juga tentang sekolah kampung. Sekolah kampung sangat jauh berbeda dengan sekolah rakyat program dari Presiden Prabowo Subianto yang mengusung kurikulum nasional.
Di sekolah kampung diajarkan tentang pemajuan budaya yang mencakup bahasa lisan, nyanyian dan tarian tradisional, cagar budaya termasuk permainan tradisional maupun teknologi tradisional.
Fokus sekolah kampung ini untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap kekayaan budaya lokal, membangun karakter generasi muda yang kuat dan berakar pada budaya lokal, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan, serta menyediakan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan lokal.
Berdasarkan tujuan itulah maka proses pembelajaran di sekolah kampung menggunakan bahasa ibu di masing-masing kampung. Kemudian, sasarannya adalah anak-anak usia 10-18 tahun.
Saat ini sekolah kampung di Kota Jayapura baru ada di Kampung Kayu Batu yang mengajarkan bahasa ibu dari Kampung Kayu Batu serta Kampung Kayu Pulau (Tahima Soroma). Jumlah siswanya 15 orang. Mereka diajari oleh para fasilitator yang sangat mahir dan aktif berbicara menggunakan bahasa lokal kedua kampung tersebut.
Pusat pengetahuan
Sekolah kampung di Kota Jayapura adalah pendekatan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai dan kearifan lokal masyarakat setempat. Konsep ini dikembangkan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi masyarakat di 14 kampung yang ada di Ibu Kota Provinsi Papua tersebut.
Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura menargetkan setiap tahun akan ada sekolah kampung di semua kampung. Pada 2026 pemerintah daerah setempat akan membangun sekolah kampung di Kampung Skouw.
Pendirian sekolah kampung dapat menjadi salah satu solusi efektif untuk melestarikan budaya lokal di Kota Jayapura karena dapat menyediakan pendidikan yang berbasis pada budaya lokal.
Dengan demikian, anak-anak dapat belajar tentang sejarah, tradisi, nilai-nilai budaya lokal, dan meningkatkan kesadaran budaya karena dengan mempelajari budaya lokal, anak-anak dapat meningkatkan kesadaran maupun apresiasi terhadap kekayaan budaya lokal.
Melalui pembelajaran di sekolah kampung juga bisa membantu membangun karakter generasi muda yang kuat dan berakar pada budaya lokal. Selain itu, mendukung pengembangan sumber daya manusia di Kota Jayapura dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas berbasis pada kebutuhan lokal.
Wali Kota Jayapura Abisai Rollo mengatakan sekolah kampung sebagai pusat dari berbagai pengetahuan lintas generasi yang memadukan pengetahuan tradisional dan metode modern, sehingga memperkuat identitas masyarakat terhadap budaya dan sejarah lokal.
Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya sekolah kampung dapat membentuk generasi muda yang berkarakter dan bertanggung jawab serta berkontribusi dalam pembangunan daerah yang menyentuh aspek sosial dan budaya.
Maraknya perkembangan teknologi digital dan era media sosial tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi masyarakat dalam menjaga kelestarian budaya lokal sebagai identitas bangsa.
Dengan demikian, untuk melestarikan budaya lokal di Kota Jayapura di antaranya adalah dengan mendirikan sekolah kampung yang bertujuan meningkatkan sumber daya manusia dan membangun karakter generasi muda.
Selarasndengan itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura Grace Linda Yoku mengemukakan sekolah kampung menekankan penggunaan bahasa ibu sebagai bagian utama dalam pembelajaran guna memastikan anak-anak memperoleh bahasa ibu secara alamiah.
Sekolah kampung di Kampung Kayu Batu yang diikuti 15 anak, terdiri tujuh orang dari Kampung Kayu Batu dan delapan orang dari Kampung Kayu Pulau. Mereka sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, sebab materi yang diberikan tidak hanya berupa teori tetapi juga praktik di lingkungan seperti membuat kuliner tradisional dan lukisan-lukisan tradisional.
Sebelum mengajar, para fasilitator terlebih dulu mengikuti bimbingan teknis implementasi sekolah kampung dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura. Selain itu, membuat rencana penilaian dan pembelajaran untuk diisi sesudah pembelajaran selesai. Ada juga penilaian yang dilakukan para fasilitator meliputi sikap, pengetahuan, dan pengetahuan.
Dalam praktiknya para siswa di sekolah kampung bisa bermain peran dalam upacara adat, mengenal nama-nama benda yang sakral, menghafal ucapan dan mantra.
Sebelum melakukan pertemuan, para fasilitator dan anak-anak akan bersepakat lebih dulu seperti menentukan jam untuk belajar mengingat anak-anak juga masih bersekolah di sekolah formal.
Menguatkan pemahaman budaya
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya majemuk, terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya. Meskipun demikian, semua memiliki semangat dan rasa yang sama yakni untuk selalu menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar tetap hidup dan semakin maju.
Oleh karena itu, menanamkan nilai-nilai kearifan lokal kepada generasi muda merupakan langkah tepat untuk mendukung kemajuan Kota Jayapura. Generasi muda akan tumbuh kuat jika mereka tahu sejarah dan latar belakang budayanya. Sebelum hadirnya pemerintah dan agama, adat istiadat sudah ada dalam setiap kampung maupun komunitas. Budaya dan adat istiadat mengajarkan sesuatu yang sangat baik pada pewaris yaitu generasi muda untuk disiplin, lebih taat, dan saling menghargai.
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura Linda Grae Yoku menambahkan bahwa panggung kebangsaan bagi pelajar sangat penting dalam menguatkan pemahaman sejarah dan budaya bangsa.
Panggung kebangsaan adalah kegiatan dan pertunjukan yang melibatkan siswa secara langsung, sehingga sangat membantu mereka untuk belajar tentang kebudayaan lokal maupun nasional secara kontekstual yang berdampak pada kesadaran dan cinta Tanah Air.
Sejarah tidak hanya menjadi pengetahuan masa lalu tetapi juga membangun karakter kebangsaan yang kuat melalui nilai-nilai seperti nasionalisme dan patriotisme.
Panggung kebangsaan juga menjadi media bagi pelajar untuk mengenal dan menghargai keberagaman budaya Kota Jayapura sekaligus mengajak generasi muda memaknai perjuangan para pahlawan dan pentingnya peran dari mereka dalam mempertahankan kemerdekaan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kota Jayapura Rocky Bebena menegaskan bahwa memperkuat semangat persatuan dan keberagaman bagi masyarakat khususnya generasi muda harus terus dilakukan. Panggung kebangsaan yang digelar pada bulan Agustus merupakan salah satu wadah bagi pelajar untuk mengekspresikan nilai-nilai kebangsaan dan membangun karakter.
Dengan melibatkan pelajar sebagai aktor utama bertujuan untuk membangun kesadaran akan cinta Tanah Air dan yang terpenting ialah mempersiapkan mereka menjadi agen perubahan bagi masa depan bangsa.
Dalam ajang itu para pelajar menampilkan minat dan bakat di bidang seni tari, musik, seni rupa hingga teater, sehingga dapat menjadi ajang bagi mereka dalam mengasah kemampuan ketrampilan sosial, kepemimpinan dan rasa percaya diri.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura akan terus hadir terhadap peran strategis generasi muda dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal, nilai-nilai kebangsaan sekaligus mendorong partisipasi aktif mereka dalam pembangunan nasional
Oleh Ardiles Leloltery
Editor : Slamet Hadi Purnomo