Halmaherapedia—Petani pisang di Maluku Utara belum mendapatkan perhatian sama sekali. Padahal pisang memiliki kontribusi besar dalam penyediaan pangan lokal di daerah ini. Di Halmahera Barat misalnya dalam dua tahun terakhir petaninya merana karena sangat terdampak penyakit pisang. Lahan atau kebun pisang mengalami serangan penyakit hebat. Ciri-cirinya dari buah membusuk, daun mengering seperti terbakar. Ada juga batang membusuk hingga buah keriput dan membusuk. Terkait masalah ini belum ada perhatian mencari solusinya memberantasnya.
Di beberapa desa sentra produksi pisang seperti Taba Campaka, Goal dan Desa Gamsungi, penyakit yang menyerang pisang petani sangat massive. Ada beberapa jenis pisang sangat parah kondisinya. Misalnya, pisang kepok atau pisang sepatu, pisang raja bahkan ada juga pisang mulu bebe dan pisang mas. Dari jenis pisang yang ada, dua yang terbilang sangat parah terserang penyakit yakni pisang sepatu atau kepok dan pisang raja. Dua jenis tanaman pisang ini sulit diselamatkan. Pisang kepok misalnya tidak hanya buahnya membusuk tetapi ada yang seperti hangus. Bahkan tanamannya mati mengering. Sementara jenis pisang raja, batang yang rusak hingga buah yang mengecil dan membusuk.
“Kami tidak tahu nama penyakitnya. Di sini orang sebut dia penyakit pisang,”kata Saibun Aman salah satu petani di Desa Taba Campaka. Di kebun milik keluarga seluas kurang lebih 6 hektar yang di atasnya tanaman kelapa, di isi pisang raja dan pisang kepok. Tetapi sejak serangan hebat penyakit tanaman pisang tidak bisa lagi diperoleh hasilnya. “Karena so (sudah) terserang pohonnya kerdil membusuk kemudian mati. Jadi torang kase tinggal saja (kami tinggalkan saja) ,” katanya.
Saat ini petani sangat merugi. Hanya saja tidak punya cara untuk mengatasinya dan hanya pasrah. Kalau ada tanaman yang sudah terserang terpaksa ditebang . Apalagi penyakitnya menular ke jenis pisang lain. “Awalnya yang paling banyak penyakit itu jenis pisang sepatu tetapi kini sudah menyerang pisang raja bahkan ada jenis pisang mas dan mulut bebek,” jelasnya.
Menyangkut serangan penyakit yang mengancam ini para petani mengaku belum memiliki informasi nama maupun cara mengatasinya. “ Sejauh ini belum ada petugas pertanian atau penyuluh datang memberikan semacam penyuluhan mengatasi masalah ini. Padahal, petani pisang sangat butuh ada perhatian dari pemerintah,” kata Wahyudi Sekdes Taba Campaka.
Dia bilang warga kehilangan pendapatan tidak sedikit akibat serangan penyakit pisang ini. Kebun pisang mereka tidak bisa diselamatkan, terutama yang menanam pisang sepatu maupun pisang raja.
“Satu tandan Rp 30 ribu sementara pisang yang mengalami penyakit itu ada ratusan bahkan ribuan pohon.Ini kerugian besar petani,” keluhnya.
Sebenarnya, menurut dia potensi ekonomi dan pangan terbuang percuma. Karena itu dia berharap ada kepedulian pemerintah melihat masalah yang dihadapi petani saat ini.
“Memang pemerintah belum fokus mengurus tanaman pisang. Mereka lebih fokus padi maupun tanaman hortikultura, termasuk tanaman perkebunan. Padahal pisang menjadi salah satu sumber pagan dan pendapatan cukup penting,” katanya.
Pisang tidak hanya dikonsumsi sendiri tapi juga dijual ke Jailolo hingga Ternate dan Halmahera Tengah. Karena itu mereka meminta ada perhatian serius dari pemerintah.
Pemkab Halmahera Barat melalui Kabid Pertanian Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Barat Zubaidah SPt, mengakui pemerintah daerah belum memiliki data terkait dengan penyakit pisang ini. Termasuk seberapa luas serangannya. Dia bilang tanaman pisang ini hanya berbentuk tumpang sari dengan kelapa dan pala. Dinas katanya belum ada identifikasi termasuk cara mengatasinya. Mereka lebih mengacu kebijakan nasional untuk pangan padi dan jagung termasuk bawang rica tomat. “Karena itu fokusnya ke pangan yang memberikan dampak inflasi ini,” jelasnya. (aji)